Jelajah

Menyusui Karya Dullah

Judul Lukisan : MENYUSUI, Ukuran 125 cm x 80 cm. Dibuat tahun 1972. Cat minyak di kanvas.

 

Lukisan berjudul “MENYUSUI” dari pelukis DULLAH, merupakan karya realisme yang sangat elok. Lukisan ini diciptakan melalui tehnik brushstroke yang halus dan perfect. Pelukis Dulah yang spesialist menciptakan karya realisme (terutama potret dan stilelife) telah menemukan metodologi penguasaan tehnik brush stroke, yaitu dengan seirit mungkin memanfatatkan materi warna dan lumuran minyak pelarut. Pada lukisan yang berjudul “Menyusui”, sosok wanita (Ibu) sedang dengan rasa penuh cinta menyusui bayinya dakan dekapan sambil duduk.

 

Sebagai seorang seniman realis, Dullah sangat terkemuka pada jamannya, dan memiliki banyak murid. Ia membuka sanggar di Solo-Jawa Tengah, dan di Pejeng-Bali. Murid-muridnya dididik harus menguasai anatomi manusia, sebagai basis kepiawaiannya. Kekuataan utama lukisan Dullah adalah pengutaraan segi psikologis tokoh yang dilukis, sehingga obyek (figur manusia) yang diciptakannya mencerminkan kehidupan baru yang mempunyai daya keindahan yang memukau. 

 

Sebagaimana terlihat pada lukisan “Menyusui” yang menggambarkan seorang ibu dan anaknya, merupakan bukti adanya kekuatan psikologis itu. Gestur tubuh ibu dan anak, dan seluruh unsur kebentukan dilukiskan dengan sangat cermat dan plastis oleh Dullah. Baju dan kain sang ibu yang ndeso, lusuh, mencerminkan siapa si ibu dan si anak itu. Yang tak lain adalah rakyat biasa. Dalam kehidupan sehari-hari pelukis ini (tinggal di Solo dan rumahnya disulap pula sebagai Museum), banyak karyanya yang berinti pada obyek rakyat kecil. Pengemis, tukang becak, kusir andong/delman, penjaja sayuran, dan seterusnya.

 

Sejak tahun 1950 hingga 1960, Dullah di “tarik” sebagai Pelukis Istana oleh Presiden Soekarno. Maka ia pun tak jarang ke Jakarta. Ia sering menemani Bung Karno melukis, atau ketika sedang berkeliling desa dan perkotaan. Untuk mengisi hari-harinya setelah keluar dari Istana Kepresidenan, Dullah pada tahun 1970-1980 lebih banyak di Pejeng-Bali. Disana ia menyatu dengan para petani, pedagang tradisional, dan tak lekang nonton kesenian di malam hari. 

 

Dari penyatuan diri dengan masyarakat Bali, Dullah menghasilkan banyak lukisan realisme bertemakan kehidupan sosial di Bali. Gadis, penjual sayur, Bebotoh Jago, Rangde, dan sebagainya. Untuk ukuran Indonesia, Dullah dapat disebut sebagai Bapak Realisme Indonesia. Gaya seni dan tehnik melukisnya belum ada yang menandingi. Museum Seni Rupa dan Keramik Jakarta sangat bangga dapat memiliki “Menyusui” yang berkadar masterpiece. Dullah wafat di Solo tahun 1996, pada usia 77 tahun. Beliau meninggalkan Museumnya di Mangkubumen - Solo dan dikelola oleh Pemerintah setempat.

Sumber : Identifikasi Karya : Cerita Dibalik Lukisan(2012). Jakarta. Museum Seni Rupa dan Keramik.