Berita

Bukti Hubungan Perniagaan Cina dengan Nusantara yang Tersimpan di Museum Seni Rupa dan Keramik

keramik3.jpg

       Indonesia sudah menjadi daerah lintasan kapal-kapal dagang antar benua sejak awal Masehi. Hal tersebut berdasarkan data dari sumber-sumber tertulis berupa prasasti, karya sastra, maupun berita-berita dan catatan Cina dari masa itu, serta data relief dari candi-candi dan artefak yang sezaman.

       Dalam berita Cina disebutkan bahwa hubungan dagang antara Indonesia (dahulu nusantara) dengan India dan Cina pada abad ke 2 Masehi sudah relatif intensif hingga pada pengaruh perdagangan itu sudah mencapai berbagai segi kehidupan kebudayaan dan agama sehingga mendorong munculnya kerajaan-kerajaan dengan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Pada masa Kekaisaran Cina seperti masa Dinasti Tang, Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming (Abad VII-XIII Masehi) telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Kepulauan Nusantara. Komoditi perdagangan yang diperdagangkan dari Nusantara pada masa itu diantaranya cengkeh, pala, lada, cendana, beras, kapur barus, kemenyan, kain dan sebagainya. Sedangkan komoditi dagang dari Cina yang sangat terkenal di Nusantara pada masa itu terutama untuk kalangan menengah ke atas adalah berbagai jenis keramik, berupa piring, mangkuk, cangkir, jambangan, dan lainnya. Selain keramik, komoditi lain dari Cina yang juga terkenal adalah kain sutra.

       Ramainya kapal-kapal yang melintas pada masa itu diperkuat dengan banyak penemuan kapal karam di perairan Nusantara seperti Belitung Shipwreck, Cirebon Shipwreck, Java Shipwreck, Intan Shipwreck, kapal karam Cina di Pulau Buaya, dan lainnya. Kapal-kapal tersebut membawa berbagai jenis komoditi baik keramik atau rempah yang kemungkinan tenggelam akibat berbagai hal diantaranya menabrak karang, rusak, terkena badai, atau dibajak perompak saat dalam perjalanan dagangnya. Sebagai salah satu contoh kapal tenggelam yang membawa berbagai komoditi adalah Intan Shipwreck yang ditemukan oleh para nelayan Indonesia sekitar 18 km dari kapal karam Laut Jawa.

       Kapal karam ini disebut Intan shipwreck karena lokasi ditemukannya dekat dengan tempat pengeboran minyak Intan Oil Field. Kemudian Angkatan Laut RI menahan para nelayan ketika mereka mulai menjarah isi kapal karam tersebut, dan memberitahu kepada perusahaan Indonesia berlisensi dalam upaya penyelamatan barang muatan kapal tenggelam. Perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan Jerman, Seabed Explorations, tahun 1997 untuk melakukan penggalian secara menyeluruh. Situs ini menghasilkan temuan yang amat menakjubkan yaitu sebuah kapal karam tertua di Asia Tenggara dengan muatan yang lengkap. Hal itu dibuktikan dengan pengujian Carbon Dating yang diperkuat dengan analisis keramik dan koin menunjukkan pertanggalan dari abad ke-10. Sedangkan dari sedikit badan kapal yang tersisa, identifikasi dan rincian susunan balok kayu menunjukkan bahwa kapal ini adalah perahu layar buatan Indonesia yang mungkin berlayar dari ibukota Sriwijaya, Palembang, menuju ke Jawa Tengah atau Jawa Timur.

       Dari Eksplorasi yang dilakukan, dapat dikumpulkan berbagai bahan dan jenis barang barang muatan kapal karam yaitu keramik, tembikar, logam, batu, kaca, dan sisa-sisa organik. Muatan kapal ini berasal dari Cina, Malaysia, Thailand, Indonesia dan Timur Tengah. Dari beberapa temuan yang telah disebutkan, muatan kapal karam Intan yang diabadikan di Museum Seni Rupa dan Keramik lebih banyak berasal dari Dinasti Song (960-1279), seperti : piring, guci, mangkuk, teko, botol, cepuk, manik-manik, cermin, ingot, dll.
keramik2 (2).jpg
(Manik-manik, biji kemiri, gigi binatang, kayu cendana, alat penghalus rempah-rempah)
keramik (2).jpg
(Alat tukar, bagian dari arca, pedestal / lapik, anak timbangan, hiasan pintu, cetakan stupa, fragmen cakra, alat-alat cermin Cina / Nusantara, lonceng / bel)