Berita

Di Balik Lukisan Kaca Cirebon

014.jpg
“Sumantri Sukrasana” karya Rastika

      Cirebon merupakan kota pelabuhan. Wilayahnya yang sebagian besar daerah pesisir menyebabkan kebudayaan yang berkembang lebih heterogen karena mudahnya masuk dan terserap kebudayaan yang datang dari luar. Salah satu kebudayaannya adalah seni lukis kaca Cirebon. Lukisan kaca Cirebon lahir dan memiliki pengaruh dari budaya luar seperti budaya Arab/Islam, Cina, dan Eropa.

       Sejalan dengan tumbuh dan berkembangnya agama Islam, kehadiran tulisan dan bahasa Arab secara formal dipakai dalam kawasan Nusantara sejak abad XI Masehi. Kaligrafi berkembang dan kemudian dipergunakan dalam berbagai media, salah satunya adalah kaca. Berkembangnya lukisan kaca Cirebon berjalan seiring penyebaran agama Islam di Cirebon, maka penulisan kaligrafi Islam dengan penggunaan media kaca selanjutnya banyak digunakan dalam lukisan Cirebon.

       Pada awal keberadaan lukisan kaca Cirebon, tema yang dimunculkan adalah tema-tema pewayangan yang dipadukan dengan kaligrafi Islam. Misi karya-karya seni lukisan kaca ini digunakan sebagai sarana syiar agama Islam, seperti halnya Sunan Kalijaga yang menggunakan wayang kulit sebagai media untuk berdakwah. Hal ini dapat terlihat pada penggunaan tema-tema yang diterapkannya yang mana di dalamnya menjelaskan anjuran-anjuran etika sosial yang didasarkan pada ajaran moral Kejawen melalui simbol-simbol pewayangan yang dipadukan dengan ajaran agama Islam melalui ayat-ayat Al-Quran.

       Sebagai media dakwah, lukisan kaca ini pada zamannya memiliki pengaruh yang besar dalam rangka penguatan budaya lokal dalam pentas nasional bahkan global. Selain tema figur wayang dan kaligrafi, terdapat pula tema dengan gambar masjid, buroq, dan pemandangan. Tokoh-tokoh wayang yang muncul dalam lukisan kaca menggambarkan karakter manusia, sebagai bentuk pengharapan agar manusia berada pada jalan yang baik dan benar seperti yang di gambarkan para tokoh wayang yang menjadi figur dalam lukisan kaca. Contohnya seperti lukisan kaca dari Cirebon yang juga tampilkan dalam koleksi Museum Seni Rupa dan Keramik:
015.jpg                                     018.jpg                                         019.jpg                             
           Kaligrafi” karya Harjono                                                  Gunungan Kaligrafi” karya Hardyono                               Babad Alas Mertani” karya Sumbar Prianto Sunu

016.jpg                                     017.jpg
Berbeda-beda tetapi tetap satu 1 dan 5 karya Iskandar Hardjodimulyo

       Wayang sendiri sudah lama digemari oleh masyarakat Cirebon karena sarat akan filsafat, perlambangan, ajaran ketuhanan, etika, dan moralitas. Hal ini membuat wayang menjadi bertahan dalam tradisi lukisan kaca Cirebon. Dalam lukisan kaca Cirebon, penampakan wayang kadang kala disuguhkan dengan stilasi huruf-huruf Arab. Selain itu ciri khas dari lukisan kaca Cirebon yaitu dalam proses pembuatanya menggunakan teknik terbalik dengan poin utamanya dilukis terlebih dahulu. Kemudian perpaduan  warna gradasi yang cantik dengan  nuansa lukisan yang dekoratif serta adanya ragam hias motif batik Mega Mendung yang khas, menjadikan lukisan kaca ini semakin unik dan menawan.

       Ikatan budaya dan nilai agama yang kuat pada seni lukis kaca inilah yang menjadikannya salah satu budaya khas Cirebon yang masih terus dilestarikan, bahkan hingga saat ini hasil kerajinan ini dianggap sebagai salah satu cinderamata khas Cirebon.