Adat Istiadat

Tradisi Warga Betawi di Bulan Ramadhan

Tradisi Nyekar (Ziarah)
Tradisi Nyekar (Ziarah) 
Foto : Ist

Ramadhan merupakan bulan yang dinantikan oleh seluruh umat muslim di seluruh dunia. Tak terkecuali di Indonesia. Bagi umat muslim, Ramadhan merupakan bulan yang menjanjikan ampunan Tuhan serta keberkahan. Terdapat keragaman tradisi umat muslim di Indonesia dalam menyambut bulan Ramadhan berdasarkan budayanya di setiap daerah. Nah, Sobat Budaya, etnik Betawi mempunyai tradisi turun-temurun untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Sebagian tradisi sudah langka tergilas arus modernisasi, sebagian lagi masih tetap dilestarikan. Berikut tradisi masyarakat Betawi menyambut bulan suci Ramadhan. 

1) Tradisi Nyorog

Tradisi ini diperkenalkan oleh para wali yang menyebarkan agama Islam di tanah Sunda Kelapa di abad 18. Budaya Nyorog adalah tradisi berbagi bingkisan makanan atau panganan ke sanak keluarga atau saudara yang tinggal berjauhan. Umumnya isi bingkisan ini bisa berupa kue, sembako, tentangan rantang hingga daging kerbau. Tujuan dari budaya ini adalah untuk mempererat ikatan antara orang tua dan anak serta sebagai simbol penghormatan kepada mereka yang lebih tua. Tidak hanya menjelang Ramadhan saja, Nyorog sebenarnya tidak hanya dilakukan jelang Ramadhan saja. Bagi masyarakat Betawi budaya Nyorog juga lazim dilaksanakan saat Lebaran maupun prosesi upacara pernikahan. Pihak keluarga laki-laki akan mendatangi keluarga pihak perempuan membawa sorogan atau bingkisan makanan; 

2) Tradisi Nyekar

Budaya nyekar merupakan tradisi berziarah, mendoakan orang tua, keluarga, sanak saudara yang telah wafat. Budaya ini lazim dilakukan oleh hampir mayoritas umat muslim sebelum memasuki Ramadhan. Masyarakat Betawi merupakan etnik yang dikenal relijius juga turut melakukan tradisi Nyekar. Tujuannya adalah untuk senantiasa mengingat kematian serta selalu istiqomah untuk mengirimkan doa bagi keluarga yang telah wafat. Selain berdoa, peziarah juga datang membawa bunga melati, mawar, air mawar untuk ditaburkan ke tanah makam;

3) Tradisi Ruwahan

Budaya ini biasanya dilakukan masyarakat Betawi di akhir bulan Sya’ban atau sebelum Ramadhan. Kata ruwahan diambil dari kata “arwah” atau roh leluhur. Masyarakat Betawi meyakini bahwa arwah leluhur akan mendatangi sanak keluarganya sebelum berpuasa penuh di bulan Ramadhan. Tradisi ini biasanya dilakukan dengan menggelar pengajian, tahlil dan doa yang mengundang keluarga, kerabat hingga pemuka agama yang diakhiri dengan makan bersama. Makanan khas Betawi pun disuguhkan, seperti ketupat sayur, semur, asinan, dan kue-kue kecil. Budaya ini juga bisa dilakukan di malam takbiran jelang Idul Fitri.

4) Tradisi Merang

 Tradisi ini telah populer sejak 1950-an. Masyarakat Betawi akan memadati bantaran sungai menjelang puasa Ramadhan untuk keramas massal menggunakan merang. Merang merupakan bekas tangkai padi kering yang dibakar, lalu direndam. Kemudian, merang tersebut merang tersebut digunakan sebagai pengganti sabun dan sampo. Tradisi merang dilakukan oleh berbagai kalangan dan usia, mulai dari anak-anak hingga lansia. Mandi merang dimaksudkan untuk membersihkan diri dan “hati”. Seiring zaman, banyak warga Betawi yang meninggalkan tradisi ini. 

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com