Ritus

Tradisi Akeke Betawi

Akikahan atau tradisi akeke (dialek orang Betawi), merupakan prosesi untuk mensyukuri dan mendoakan bayi yang baru lahir. Orang Betawi menyebut tradisi itu akekeh. Dari buku ‘Siklus Betawi, Upacara dan Adat Istiadat’, yang ditulis Yahya Andi Saputra, dkk (2000) disebutkan bahwa sebelum melakukan prosesi akikahan, ada tradisi yang biasa dilakukan oleh orang Betawi ketika dikurniakan seorang anak. Sebagaimana tradisi masyarakat muslim, dalam keluarga Betawi, jika jabang bayi sudah dilahirkan dan sebelum tali pusarnya dipotong maka ayahnya atau famili laki-laki lainnya langsung akan mengazankan pada telinga kanan dan mengqamatkan pada telinga kiri. Kumandang azan dan iqomat itu dimaksudkan untuk menanamkan aqidah Islamiyah kepada anak sejak awal sekali. Azan dan iqamat ini adalah kalimah tayyibah yang sedapat mungkin kata dan kalimat pertama yang didengar si bayi dengan harapan akan terbawa sampai dewasa. Harapannya, agar ia akan menjadi manusia yang shalih dan membenci kemaksiatan. Setelah itu tali pusarnya dipotong dan ari-arinya (plasenta) dimasukkan ke dalam pendil (kendil) yang sudah diisi dengan  kembang tujuh rupa lalu dikubur di dekat cericipan depan rumah atau di bawah tempat tidur. Jika malam kuburan ari-ari ini dipasangi lampu cempor.

 

Khusus untuk sang Ibu yang baru melahirkan, keluarganya akan membuatkan masakan dari daun-daunan yang segar-segar. Biasanya, dalam keluarga Betawi, sanak dan kerabat lain akan mengantarkan pula masakan, makanan, dan perlengkapan bayi. Masa ini dinamakan mapas yaitu masa mengembalikan kesegaran bagi ibu yang baru melahirkan. Ia diharuskan memakan sayur bening, yaitu sayur katuk, sayur bayam atau sayur kangkung. Disediakan pula ramuan khas Betawi, seperti : sambetan, jamu daon sembung, jamu aer godogan, aer daon kumis kucing, dan jamu kayu rapet. Beberapa hari kemudian (tiga sampai seminggu) baru diselengarakan selametan menyambut kelahiran bayi. Selametan itu dinamakan akikah atau akeke. Akikah adalah upacara selamatan (untuk anak yang baru dilahirkan) dengan memotong kambing. Upacara selametan ini bagi orang Betawi dilakukan sekali selama hidup. Tapi bagi mereka yang kaya, dapat melakukannya setiap tahun, khususnya pada bulan Dzulhijjah atau musim haji. Bulan ini disunnahkan berkorban dengan memotong hewan berupa kambing atau sapi/kerbau, mengikuti syariat Nabi Ibrahim.

 

Upacara selamatan ini dilaksanakan paling cepat seminggu setelah kelahiran sang orok alias si bayi. Atau dengan tenggang hari 7, 14 dan 21 hari setelah kelahiran. Ini dihubungkan pula dengan upacara pencukuran rambut, sekaligus sebagai simbol peresmian pemberian nama kepada si bayi. Dalam sejarah Islam upacara ini dilakukan sebagai reaksi terhadap tradisi jahiliyah. Masa jahiliyah, di mana anak wanita dikubur hidup-hidup yang baru lahir biasanya dibasahi dengan darah binatang yang disembelih. Kebiasaan jahiliyah ini lalu diberantas dan dibersihkan oleh Islam dan diganti dengan akikah. Hadist yang diriwayatkan oleh Tirmizi dari Aisyah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW memerintahkan para sahabatnya supaya mengaki-kahkan anak laki-laki dua ekor kambing dan anak perempuan satu ekor kambing.

 

Dalam prosesi akikah mengandung banyak muatan hikmah antara lain: (1) merupakan kurban yang mendekatkan diri si anak kepada Allah mulai sejak awal hidupnya; (2) merupakan tebusan bagi anak yang pada saatnya nanti hewan akikah akan diejawantahkan berupa syafaat pada hari kiamat kepada kedua orang tuanya; (3) mengokohkan tali persaudaraan dan kecintaan di antara warga masyarakat dengan berkumpul di satu tempat dalam menyambut kehadiran anak yang baru lahir dan (4) merupakan sarana yang dapat merealisasikan prinsip-prinsip keadilan sosial dan menghapuskan gejala kemiskinan di dalam masyarakat, misalnya dengan adanya daging yang diberikan kepada fakir miskin. (diolah dari berbagai sumber)

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com