Manuskrip
- On 16 Jun 2021
Seribu Dongeng
Seribu Dongeng adalah sebuah kumpulan cerita dalam bentuk prosa yang ditulis oleh Muhammad Bakir. Seribu Dongeng terkandung dalam sebuah naskah tunggal, yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 240. Seribu Dongeng berisi 23 cerita. Cerita yang ada di dalamnya mirip dengan cerita berbingkai, dimulai dengan seorang tokoh yang bercerita, lalu dalam cerita itu terdapat tokoh yang bercerita. Ke-23 cerita atau dongeng ini tidak memiliki bingkai yang utuh sehingga yang terlihat adalah cerita yang masing-masing berdiri sendiri, tetapi berurutan. Setiap cerita diberi nomor oleh penulis. Sebetulnya ada cerita ke-24 namun tidak lengkap pada pengantar cerita, sehingga cerita ke-24 dianggap tidak ada. Salah satu ringkasan cerita yang ada dalam naskah seribu dongeng adalah dongeng mengenai Raja Uswarad, seorang raja yang sewenang-wenang. Suatu hari, Raja Uswarad merampas kambing ajaib milik orang miskin. Kambing itu lalu kehilangan keajaibannya dan sang raja jatuh sakit. Ada juga dongeng lain tentang seorang pertapa pemilik poci ajaib yang bisa mengeluarkan aneka minuman. Raja Asinwa berniat merampas poci pertapa itu. Saat niat buruk mau dilaksanakan, hilanglah keajaiban poci tersebut. Raja Asinwa lalu disadarkan oleh pertapa tersebut.
Terdapat juga dongeng tentang Pendeta Asyik, pertapa yang hidup miskin dan membujang. Suatu hari seorang tamu minta tolong menjualkan dua jenis minuman dengan imbalan anak gadisnya. Karena asyik berkhayal yang tak berguna, sang pendeta malah menghancurkan kedua tempat minuman tersebut. Dikisahkan juga dalam naskah Seribu Dongeng kisah Tambi Nadhar, seorang pedagang ramuan obat-obatan. Pada suatu hari, ia berniat berkelana ke luar negeri mencari untung. Karena terlalu berkhayal, ia tercebur kedalam sungai. Lalu ada juga kisah Raja Taujab, seorang raja besar yang belum pernah menyembah atau diperintah orang. Karena kesombongannya, ia dikalahkan oleh perempuan yang hendak dikawininya. Teks naskah Seribu Dongeng ini ditulis pada kertas Eropa bergaris berukuran 32 x 20 cm yang berbagai jenis. Pada halaman 197-236 tampak cap kertas dengan nama G Kolff & C dan Batavia, sedangkan kertas lain tidak mempunyai cap kertas. Halaman 169-176 tidak bergaris. Teks ditulis dengan tinta hitam, yang kini warnanya menjadi coklat tua. Meskipun demikian, tulisan masih jelas terbaca. Kondisi naskah kurang baik. Kertas naskah berwarna kecokelat-cokelatan, lapuk, dan getas akibat keasaman.
Terdapat juga dongeng tentang Pendeta Asyik, pertapa yang hidup miskin dan membujang. Suatu hari seorang tamu minta tolong menjualkan dua jenis minuman dengan imbalan anak gadisnya. Karena asyik berkhayal yang tak berguna, sang pendeta malah menghancurkan kedua tempat minuman tersebut. Dikisahkan juga dalam naskah Seribu Dongeng kisah Tambi Nadhar, seorang pedagang ramuan obat-obatan. Pada suatu hari, ia berniat berkelana ke luar negeri mencari untung. Karena terlalu berkhayal, ia tercebur kedalam sungai. Lalu ada juga kisah Raja Taujab, seorang raja besar yang belum pernah menyembah atau diperintah orang. Karena kesombongannya, ia dikalahkan oleh perempuan yang hendak dikawininya. Teks naskah Seribu Dongeng ini ditulis pada kertas Eropa bergaris berukuran 32 x 20 cm yang berbagai jenis. Pada halaman 197-236 tampak cap kertas dengan nama G Kolff & C dan Batavia, sedangkan kertas lain tidak mempunyai cap kertas. Halaman 169-176 tidak bergaris. Teks ditulis dengan tinta hitam, yang kini warnanya menjadi coklat tua. Meskipun demikian, tulisan masih jelas terbaca. Kondisi naskah kurang baik. Kertas naskah berwarna kecokelat-cokelatan, lapuk, dan getas akibat keasaman.