Berita Kebudayaan

Sejarah Gedung Kesenian Jakarta, Sempat Jadi Markas Tentara Jepang dan Bioskop

JAKARTA, iNews.id - Sejarah Gedung Kesenian Jakarta tak lepas dari masa penjajahan Belanda dan Inggris. Gedung yang berdiri di kawasan Pasar Baru, Jakarta itu merupakan gagasan dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda Herman Willem Daendels yang berkuasa pada periode 1808-1811.

Meski demikian, pembangunannya baru direalisasikan pada masa kekuasaan Gubernur Jenderal Inggris Sir Thomas Raffless pada 1814. Alasannya, para penjajah merasa tidak ada tempat pertunjukan teater, pertunjukan yang menjadi hiburan favorit bangsa Eropa saat itu.

Sejarah Gedung Kesenian Jakarta pada Masa Pendudukan Inggris

Gedung Kesenian Jakarta dibangun pada masa pendudukan Inggris di atas tanah dekat Pasar Baru, Jakarta pada 27 Oktober 1814. Saat itu diberi nama Municipel Theatre, Schouwburg.

Dalam perkembangannya ada beberapa penyebutan Gedung Kesenian Jakarta, seperti Weltevreden yang dalam bahasa Belanda berarti suasana tenang dan puas. Selain itu bangunan klasik itu juga diberi nama Gedung Teater Militer serta Bamboe Theater karena dindingnya dibuat dengan gedeg dan memakai atap alang-alang.

Namun karena kalah dari Belanda pada 1816, pasukan Inggris tidak bisa menikmati teater mereka dalam waktu lama.

Masa Pendudukan Belanda

Dalam sejarah Gedung Kesenian Jakarta, gedung ini berfungsi sebagai teater kota dan lebih dikenal dengan sebutan Gedung Komedi. Desain gedung yang pada masa pendudukan Inggris sangat sederhana, diperbaharui dan dibangun kembali di lokasi yang sama dengan gaya Empire.

Pengembangan gedung ini melibatkan arsitek VOC Mayor Schultze. Pengembangan gedung menghabiskan waktu selama 14 bulan atau pada 7 Desember 1821. Pembangunannya sempat terhenti karena saat itu ada wabah kolera.

Gedung ini terdiri atas dua lantai. Lantai satu merupakan ruangan utama untuk pertunjukan yang diapit dua ruangan lain di kanan dan kiri. Di belakang panggung terdapat green room tempat menunggu para penghibur.

Penerangan gedung awalnya menggunakan lampu minyak dan lilin. Namun, sejak 1864 mulai menggunakan lampu gas. Penerangan menggunakan listrik baru digunakan pada 1882 dan hanya terbatas di bagian dalam saja, sementara bagian luar tetap menggunakan lampu gas sampai 1910.

Masa Pendudukan Jepang

Sejarah Gedung Kesenian Jakarta memasuki masa paling suram pada masa penjajahan Jepang. Tidak hanya harus mengikuti kepentingan negara penguasa Asia itu, gedung juga sempat beberapa kali ditempati tentara dan dijadikan sebagai markas militer.

Pemerintah Jepang mengambil alih pengelolaan Gedung Kesenian Jakarta pada masa Perang Dunia II (1939-1945). Saat itu gedung dikenal dengan nama Kiritsu Gekitzyoo dan dialihkan fungsinya sebagai markas.

Namun sejalan dengan dibentuknya Badan Urusan Kebudayaan (Keinin Bunka Schidoso) pada April 1943, bangunan tersebut kembali digunakan sebagai tempat pertunjukan kesenian.

Periode Mendekati Kemerdekaan dan Setelah Kemerdekaan

Gedung ini juga menjadi saksi perjuangan para pemuda dalam menjalankan tugas mempersiapkan kemerdekaan.

Menurut catatan sejarah, Gedung Kesenian Jakarta pernah digunakan untuk Kongres Pemuda pada 1926 yang menjadi cikal bakal Sumpah Pemuda. Di gedung itu pula Presiden Soekarno meresmikan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) tepatnya pada 29 Agustus 1945.

Bagian dalam gedung ini terdiri atas dua lantai. Lantai satu ada ruangan utama untuk pertunjukan yang diapit oleh dua ruangan lain di kanan serta sebelah kirinya. Lalu ada panggung pertunjukan dengan kursi penonton di hadapannya.

Di belakang panggung terdapat green room (ruangan yang berfungsi sebagai ruang tunggu talen ketika menunggu saat pementasan).

Periode setelah Kemerdekaan

Dalam perjalanannya, Gedung Kesenian Jakarta pernah difungsikan sebagai bioskop dan diberi nama Bioskop Diana pada 1968. Setahun kemudian berubah menjadi Bioskop City Theater. Namun pada 1984 fungsinya dikembalikan menjadi gedung pertunjukan seni.

Kemudian pada 1987 gedung direnovasi dan namanya diresmikan menjadi Gedung Kesenian Jakarta. Gedung tersebut dikenal sebagai tempat berkumpul dan pertunjukan seniman seluruh Indonesia.

Seperti itu lah sejarah Gedung Kesenian Jakarta yang saat ini terletak di Jalan Gedung Kesenian Nomor 1, Pasar baru, Kecamatan Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Sumber : inews.id

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com