Adat Istiadat

Mengenal Lebih Dekat Jenis-Jenis Rumah Betawi

Membangun rumah bagi masyarakat Betawi merupakan tradisi yang sangat penting. Sebelum dilaksanaan pekerjaan membangun rumah, biasanya orang Betawi akan mengumpulkan sanak saudara untuk bermusyawarah membicarakan pembangunan dan jenis rumah yang akan dibangun.

Dalam tradisi masyarakat Betawi mengenal tiga jenis rumah yaitu rumah Gudang, rumah Joglo dan rumah Bapang. Yuk, kita simak jenis-jenis rumah Betawi sebagai kekayaan khazanah budaya Bangsa Indonesia.

Rumah Gudang

Arsitektural tradisional Betawi dalam bentuk Rumah Gudang mempunyai pola empat persegi panjang dari depan ke belakang. Atapnya yang berbentuk pelana tanpa tambahan jure (atap tambahan kiri kanan) menjadi salah satu pembeda dengan bentuk rumah adat Betawi lainnya. Bentuk Rumah Gudang sudah dibangun oleh masyarakat Betawi setidaknya pada abad ke-5 Masehi, ketika kawasan ini dikuasai oleh Kerajaan Tarumanegara.

Pembangunan rumah jenis ini semakin marak ketika penjajah Belanda membangun gudang-gudang penyimpanan rempah-rempah sebelum dibawa berlayar ke Eropa. Mungkin karena itu bentuk rumah seperti itu disebut Rumah Gudang karena dikorelasikan dengan gudang-gudang yang dibangun dikemudian hari.

Bila Rumah Gudang yang dibangun pemerintah kolonial tidak memiliki pembagian ruang (seperti los pasar), maka Rumah Gudang yang dibangun sebagai rumah tinggal oleh orang Betawi, memiliki pembagian ruang sesuai dengan kebutuhannya. Dengan begitu ada ruang khusus untuk orang tua, anak, tamu. dapur dan ruang semi publik yang ada di bangunan rumah tersebut.

Biasanya di bagian depan rumah terdapat atap kecil yang menutup serambi depan. Rumah Gudang pun menggunakan bahan baku yang terbuat dari alam dengan kayu sebagai bahan dasar utama.

Rumah Joglo

Jenis Rumah Joglo dibangun oleh beberapa etnik yang mendiami Pulau Jawa. Etnik Betawi pun membangun rumah jenis ini. Apabila dikaitkan dengan nama kampung yang ada di wilayah Jakarta Barat, yaitu Kampung Joglo, dapat diasumsikan bahwa bangunan rumah Joglo seumur dengan Kampung Joglo.

Meskipun bentuk Rumah Joglo Betawi memiliki kemiripan dengan arsitektur rumah Joglo Jawa Tengah dan Jogjakarta, Rumah Joglo Betawi tidak memiliki tiang penopang atap untuk membagi ruang bagian dalam. Pada rumah Betawi, pembagian kamar/ruangan dalam rumah tidak ditentukan dengan tiang penyangga atau yang dikenal dengan sebutan Soko Guru di rumah Joglo Jawa Tengah.

Material yang digunakan untuk membangun Rumah Joglo pun memanfaatkan bahan dari alam seperti kayu jati, serabut untuk atap, dan juga anyaman dari bambu untuk membuat tembok bagian dalam. Jenis rumah ini biasanya dibangun oleh tokoh masyarakat atau tetua kampung yang pada masa lalu disebut bebongkot. Acap kali rumah ini disebut juga Rumah Bebongkot. Jika rumah ini tidak dapat menampung masyarakat pada saat-saat tertentu, misalnya pada saat lebaran, di depan rumah ditambah dengan bangunan segi empat tanpa dinding yang disebut blandongan.

Rumah Kebaya/Bapang

Jenis lain rumah Tradisional Betawi adalah Rumah Kebaya atau disebut juga rumah Bapang. Antara Rumah Kebaya dengan Rumah Gudang dapat dibedakan dari bentuk atap. Bentuk atap Rumah Kebaya kiri kanan, bentuk atap rumah gudang depan belakang, meskipun keduanya berpola pelana.

Berbeda dengan dimensi rumah adat Betawi Gudang atau Panggung, Rumah Kebaya berbentuk bujursangkar sama sisi atau persegi. Bentuk atapnya pun memiliki beberapa pasang atap sehingga terlihat seperti lipatan kebaya, yang akhirnya menjadi asal usul Rumah Kebaya.

Ciri khas Rumah Kebaya salah satunya adalah memiliki serambi berukuran luas yang berfungsi untuk menerima tamu atau sebagai teras untuk bersantai seluruh anggota keluarga. Teras ini juga dikelilingi dengan pagar kecil dengan motif yang khas. Ada pula tangga kecil yang terbuat dari 3 susun batu bata sebagai jalan masuk ke serambi rumah.

Sumber: setubabakanbetawi.com

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com