Manuskrip

Manuskrip Hikayat Agung Sakti: Penjelmaan Gigi Semar yang Bikin Keonaran di Kayangan

Hikayat Agung Sakti
Selama ini banyak orang yang belum tahu mengenai kesusastraan Betawi. Kesusasteraan Betawi ini tersimpan di dalam manuskrip-manuskrip yang rata-rata ditulis di kertas campuran tiga jenis kertas Eropa. Manuskrip-manuskrip kesusatraan Betawi ini ditulis sekitar abad ke-19. Pada kesempatan ini, manuskrip yang akan dibahas adalah mengenai manuskrip Hikayat Agung Sakti. Hikayat Agung Sakti adalah cerita wayang berbentuk prosa. Hikayat ini terkandung dalam sebuah naskah tunggal yang tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode ML 260. Tebal dari manuskrip ini sebanyak 138 halaman berukuran 31,5 cm x 19 cm. Hikayat Agung Sakti ditulis dengan menggunakan Bahasa Melayu, huruf Arab-Jawi. Hikayat ini dikarang oleh seorang pengarang sastra bernama Muhammad Bakir bin Syafian Usman Fadli yang tinggal di Kampung Pecenongan, Langgar Tinggi, Pekojan, Kecamatan Tambora, Kota Jakarta Barat. Hikayat Agung Sakti ditulis pada tahun 18 Oktober 1892.


Hikayat Agung Sakti
Atau menurut sumber informasi, bertepatan dengan  malam Selasa, pada pukul sebelas, tanggal 26 Rabiul Awal 1310 H. Hikayat Agung Sakti bercerita tentang Batara Guru dan Narada yang sedang berada di Suralaya. Mereka sedang membicarakan Dewa Agung Sakti yang membuat keonaran. Dewa Agung Sakti ini merayu para bidadari yang kemudian menimbulkan wabah penyakit di kayangan. Batara Guru pun memutuskan untuk mengusir Agung Sakti dari tempat bidadari dengan meminta bantuan dari Sakutaram.Dalam Hikayat ini diceritakan tentang kisah Agung Sakti yang merupakan penjelmaan dari gigi Semar yang tanggal ketika sedang tertidur pulas. Saat Sakutaram akan mengusir Agung Sakti, terjadi perkelahian di antara keduanya. Kegagahan Agung Sakti tidak terkalahkan Sakutaram. Namun, ketika terkena anak panah Sakutaram, maka Agung Sakti melesat kembali ke asalnya dan jatuh ke mulut Semar, lalu berubah kembali menjadi gigi Semar yang hilang. Semar terbangun dari tidurnya dan merasa heran karena ia berada di kayangan.Semar pun kemudian meraba gusinya. Ternyata giginya yang hilang telah kembali. Ia ingin marah kepada Patih Narada, tapi diredakan oleh Batara Guru. Semar pun kemudian kembali pulang ke negeri Pandawa. Akhir cerita, Sakutaram menunggu musuhnya yang tidak muncul kembali. Ia pun kembali pulang ke kayangan dan kembali pada asalnya menjadi bagawan bernama Bagawan Sakutaram.

Hikayat Agung Sakti
Saat ini manuskrip tentang  Hikayat Agung Sakti tersimpan di Perpustaan Nasional. Beberapa bagian dari manuskrip ini memiliki tampilan kertas yang berbeda-beda. Di halaman 1-50, kertas tebal kecoklat-coklatan yang telah dilaminasi membuat cap kertas susah terlihat, sedangkan di beberapa lembar terlihat cap Concordia. Kemudian, di halaman 51-90, kertas putih kekuning-kuningan bergaris bercap kertas G.KOLFF & C serta BATAVIA. Dan yang terakhir untuk halaman 91-138, kertas putih bergaris tanpa cap kertas. Kondisi kertas cukup baik karena sudah dikonversi dengan cara dilaminasi. Tulisan naskah masih jelas terbaca. Tinta yang digunakan berwarna hitam, tetapi kini menjadi cokelat tua, teks terbagi menjadi sejumlah paragraf. Dalam naskah ini juga ditemukan satu iluminasi berupa gambar gunungan pewayangan. Di bagian akhir naskah, sang pujangga menuliskan pesan untuk para pembaca. Berikut penggalan naskah Hikayat Agung Sakti yang berada di bagian akhir naskah;

Hamba miskin hina dan papa Suda bebal bertambah pelupa
Hikayat dikarang mengharap upah Sepuluh sen itu tiada seberapa
Sepuluh sen itu sudah patutnya Dalam sehari semalam itu sewanya
Tiada rugi dengan ceritanya Sebab 10 sen pulangin wang capenya
Cape menulis pegal mengarang Upahnya sepuluh sen dibilang terang
Baca hikayat menjadi girang Dapat tahu raja berperang
Sepuluh sen itu diberinya nyata Wang mengarang ini cerita
Belon wang kertasnya dan tinta Wang minyak lampu pelita
Maka itu jangan takut rugi Sewa hikayat jangan sampai tagih
Bayaran betul boleh dapat lagi Boleh dengar cerita berbagai-bagai

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com