Manuskrip

Jaya Lengkara: Perebutan Harta, Tahta dan Wanita

Hikayat atau naskah lainnya yang terkenal dalam kesusasteraan Betawi lainnya yang terkenal adalah Hikayat Jaya Lengkara. Hikayat yang ditulis di dalam sebuah manuskrip, berbahasa Melayu, dengan huruf Arab-Jawi dikarang oleh seorang sastrawan bernama Muhaidin dari Kampung Malaka. Kecamatan Duren Sawit, Jakarta Timur. Manuskrip Hikayat Jaya Lengkara ini berbentuk sebuah prosa yang ditulis dalam kertas yang mempunyai sampul dan halaman yang sama yaitu berukuran 14 x 18,5 cm, sedangkan ukuran blok teks ialah 10,5 x 15 cm. Setiap halaman naskah rata-rata memuat 13 baris tulisan. Naskah ini keseluruhannya berjumlah 31 halaman. Tulisan dengan tinta hitam dalam naskah masih jelas terbaca. Naskah dijilid dengan karton marmer warna coklat. Kertas yang dipakai untuk menyalin naskah yaitu dari bahan kertas Eropa. Saat ini naskah tersebut tersimpan di Perpustakaan Nasional. Naskah ini berkisah tentang seorang raja bernama Saiful Muluk dari negeri Ajam Saukat. Raja Saiful Muluk ini mempunyai isteri bernama Putri Sakanda Cahaya Rum. Tapi pernikahan yang sudah lama antara Raja Saiful Muluk dengan Putri Sakanda Cahaya Rum tidak juga memiliki anak. Akhirnya Raja Saiful Muluk pun menikah lagi dengan Putri Sakanda Bayang-bayang serta dikaruniai anak kembar bernama Makdam dan Makdim. Putri Sakanda Cahaya Rum pun gelisah karena ia sudah tidak dipedulikan lagi oleh raja. Kemudian ia berdoa kepada Allah SWT agar dikaruniai seorang anak dan Allah pun mengabulkan doanya. Akhirnya Putri Sakanda Cahaya Rum pun melahirkan seorang anak bernama Jaya Lengkara. Ketika Jaya Lengkara lahir, negeri menjadi makmur dan sentosa. Sampai-sampai raja pun heran dan menyuruh anaknya Makadam dan Makadim untuk meramalkan nasib Jaya Lengkara kepada seorang kadi (hakim). Kadi itu pun meramalkan bahwa kelak Jaya Lengkara akan menjadi raja segala raja, sakti mandraguna, serta tidak ada seorang pun yang akan dapat mengalahkannya baik dari golongan jin dan manusia. Makadam dan Makadim pun kecewa mendengar hasil ramalan Jaya Lengkara tersebut. Keduanya pun berdusta kepada ayahanya dengan memutarbalikan fakta dan mengatakan bahwa kelak Jaya Lengkara akan mendatangkan malapetaka yang akan menyebabkan negeri akan binasa.
 
Raja pun percaya atas hasutan Makadam dan Makadim dan mengasingkan Jaya Lengkara beserta ibunya ke dalam hutan belantara. Di dalam hutan belantara, Jaya Lengkara bersama ibunya tinggal di dalam gua. Pada suatu waktu, Jaya Lengkara kehausan dan ingin menyusu kepada ibunya, tetapi apalah daya karena ibunya sudah berhari-hari tidak makan dan minum maka ia pun tidak bisa menyusui Jaya Lengkara. Jaya Lengkara pun menangis lalu berguling-guling di atas tanah. Dengan izin Allah, keluarlah air memancar dari tanah dan ibunya pun langsung meminum air tersebut sehingga ia dapat menyusui Jaya Lengkara. Jaya Lengkara tumbuh berkembang menjadi dewasa dengan banyak keahlian yang dimiliknya Singkat cerita, Jaya Lengkara yang sudah dewasa ini pergi ke gunung Mesir dan kemudian mendapatkan kembang kuma-kuma di puncak gunung. Di sana ia bertemu dengan Putri Ratna Kasina. Setelah itu, Jaya Lengkara dan Ratna Kasina berangkat ke negeri Ajam Saukat untuk menyembuhkan ayahnya yakni Raja Saiful Muluk yang sedang sakit. Selang setelah itu, Jaya Lengkara kembali ke hutan mencari ibundanya.Tapi, Putri Ratna Kasina tinggal di istana kerajaan Ajam Saukat. Di sana Putri Ratna tidak tahan atas perilku saudara tiri kembar Jaya Lengkara, Makadam dan Makadim yang sering menggoda Putri Ratna, Makadam dan Makadim pun kemudian mencoba untuk membunuh Jaya Lengkara dengan membuangnya ke laut namun rencananya gagal, Jaya Lengkara berhasil diselamatkan oleh seekor naga. Naga tersebut pun kemudian, membawa Jaya Lengkara dan Putri Ratna Kasina ke negeri Madinah. Raja Madinah pun sangat bergembira, Jaya Lengkara dinikahkan dengan Putri Ratna Kasina. Dan  Raja Madina  pun kemudian menikah dengan ibu Jaya Lengkara. Jaya Lengkara pun akhirnya menjadi Raja di Madinah.

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com