Manuskrip

Hikayat Wayang Arjuna: Kisah Arjuna Dipenggal Tiga Kali

Hikayat Wayang Arjuna adalah sebuah cerita wayang dalam bentuk prosa yang ditulis oleh Muhammad Bakir di Pecenongan pada tahun 1897. Naskah Hikayat Wayang Arjuna ditulis dalam bahasa Melayu dengan tulisan Arab-Jawi, di atas kertas jenis Eropa bergaris biru dan merah, berukuran 33 × 21 cm. Saat ini naskah Hikayat Wayang Arjuna tersimpan di Perpustakaan Nasional dengan kode naskah ML-244. Hikayat Wayang Arjuna bercerita tentang kepala Arjuna yang dipenggal tiga kali. Cerita bermula ketika suatu hari Arjuna jatuh sakit. Kemudian Arjuna dapat disembuhkan karena Dewi Jembawati, istri Prabu Jenggala, bernazar akan makan sepiring bersama Arjuna. Arjuna kemudian bercinta dengan Dewi Jembawati, sehingga Prabu Jenggala pun murka. Prabu Jenggala meminta bantuan para Kurawa untuk menangkap Arjuna. Arjuna pun berhasil ditangkap. Salah satu anggota Kurawa, Baladewa berhasil memotong kepala Arjuna dan membawanya ke Astina. Kepala Arjuna dibawa oleh Dewi Banowati, istri Prabu Darawati, ke dalam kamarnya. Namun, Arjuna bisa hidup kembali dengan badan yang utuh. Pada suatu malam Arjuna pun bercinta dengan Dewi Banowati di kamarnya. Hal itu pun diketahui oleh Prabu Darawati, perkelahian antara Prabu Darawati dengan Arjuna tak terhindarkan. Mereka saling kejar-kejaran, bahkan hingga ke Suralaya. Sementara itu, keluarga Pandawa lainnya mengetahui bahwa Arjuna menghilang dari kerajaan sudah lama. Batara Narada diminta bantuannya oleh para Pandawa untuk menangkap Arjuna dan memenggal kepalanya. Kepala Arjuna diletakkan di Taman Bidadari, sedangkan tubuhnya dihanyutkan di sungai tempat para bidadari mandi. Waktu ditemukan oleh para bidadari, tubuh Arjuna hidup kembali ditambah dengan hadirnya empat kesatria lain yang secakap Arjuna. Kelima satria Arjuna itu pun bercumbu rayu dengan para bidadari setiap hari. Keadaan itu membuat Suralaya lesu. Setelah mengetahui sebabnya, Batara Guru dan Batara Narada bertarung melawan Arjuna, namun tidak mampu menghadapinya dan melarikan diri ke Amarta.
 
Arjuna mengejar Batara Narada dan Batara Guru. Namun pada saat di Amarta, Arjuna bertemu dengan keluarganya dan meminta maaf atas tindakannya. Ia diminta membuat sumur di belakang keraton Astina. Setelah selesai, kepala Arjuna dipenggal di alun-alun keraton Astina. Saat itu, turunlah hujan lebat sehingga alun-alun Astina tergenang. Setelah kejadian itu, di negeri Astina terjadi kemarau panjang selama tujuh tahun, yang membuat orang sulit mendapat air. Semua orang, termasuk para batara, mengambil air ke alun-alun yang tergenang, tetapi baik pria maupun wanita menjadi hamil karena minum air tersebut. Pada cerita bagian lain di Suralaya, empat kesatria penjelmaan Arjuna mencari Arjuna. Batara Raksaning Jagat yang mengetahui bahwa penyebab keonaran dunia dan Suralaya adalah Arjuna, juga mencari Arjuna untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya. Ia membekali keempat satria tersebut dengan anak panah. Keempat satria itu beserta Arjuna kemudian dapat mengobati semua penderitaan orang-orang yang hamil di dunia. Mereka berlima pergi ke Suralaya, tetapi disuruh Batara Raksaning Jagat agar kembali ke dunia. Pada akhirnya Arjuna berkumpul kembali dengan saudara-saudaranya dan saling bermaafan.

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com