Tradisi Lisan

Gambang Rancag

Foto: Dinas Kebudayaan DKI Jakarta

Gambang Rancag adalah seni bertutur yang disampaikan dalam bentuk pantun berkait oleh dua orang yang saling bersahut-sahutan dengan tambahan bumbu berupa humor dan improvisasi. Secara orang Betawi Pinggir atau orang Betawi Tengahan, Rancag berarti Pantun.

Dalam penyajiannya seni tutur ini diiringi oleh musik Gambang Kromong, oleh karena itu disebut Gambang Rancag. Cerita-cerita yang dituturkan bisa dikelompokkan menjadi tiga, yaitu dongeng (cerita bangsawan), cerita dari daratan China dan cerita roman (cerita tentang kehidupan sehari-hari dalam masyarakat umum).

Dalam satu kali pertunjukan bisa diceritakan beberapa judul cerita sekaligus. Tergantung pesanan yang punya hajat. Sejak awal perkembangannya Gambang Rancag biasa dipentaskan tanpa panggung, sejajar dengan penonton yang berada di sekelilingnya.

Dari dahulu sampai sekarang pantun-pantun yang dibawakan disusun secara improvisasi, tanpa cerita tertentu dan seringkali disesuaikan dengan tempat dan keadaan di saat pergelaran berlangsung. Kadang-kadang sengaja dipanjang-panjangkan dan diberi bumbu-bumbu lelucon untuk menambah kegembiraan penonton.

Apalagi kalau malam sudah semakin larut, para Perancag akan berusaha mengeluarkan lawakan-lawakan atau lelucon untuk menghilangkan rasa ngantuk penonton tanpa direncanakan lebih dahulu.

Dahulu, penyebaran Gambang Rancak sama luasnya dengan penyebaran Gambang Kromong, karena setiap rombongan Gambang Kromong selalu dilengkapi dengan Juru Rancag.

Sumber: Diolah dari berbagai sumber.

 

Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com