Adat Istiadat

Tradisi Nginjek Tanah: Upacara Meneropong Masa Depan Anak Sejak Kecil

“Tradisi Nginjek Tanah merupakan harapan dan doa orang tua terhadap anaknya yang baru saja bisa berjalan, agar di masa depan bisa menetapkan hatinya dalam menjalani kehidupannya”

Sama seperti tradisi di suku-suku lainnya di Indonesia, dalam tradisi Betawi ada juga upacara atau adat istiadat injek atau nginjek tanah. Tradisi ini dilakukan ketika seorang bayi telah mampu menginjakkan kakinya di tanah. Upacara nginjek tanah diadakan pada saat bayi berumur 8 bulan, pada umur itu bayi mulai belajar berjalan.

Dalam prosesi ini, anak akan dibawa menaiki tujuh anak tangga yang dibuat dari tanaman tebu. Setelah proses tersebut, anak akan dipancing untuk memasuki sebuah kurungan yang telah dilengkapi berbagai macam hadiah. 

Menariknya adalah, ketika sang anak dimasukkan ke dalam kurungan, yang pada umumya sudah dihias dan berisi macam mainan. Kurungan di sini menyimbolkan sesuatu. Melansir laman malangvoice.com, kurungan mayam diibaratkan sebagai simbol dunia.

Saat anak berada dalam kurungan, ia diminta untuk memilih satu dari sejumlah mainan yang sudah diletakkan di dalamnya. Mainan yang dipilih menjadi simbol profesi atau pekerjaan yang kelak akan digeluti saat si anak sudah dewasa.

Dalam prosesi turun tanah, setiap benda dan rangkaian mengandung simbol-simbol yang menyiratkan harapan serta doa untuk anak. Seperti penggunaan tebu dalam salah satu rangkaian prosesinya.

Tebu mengandung arti ketetapan hati. Diharapkan si anak memiliki ketetapan hati saat menjalani kehidupannya kelak. Ada juga tujuh wadah yang dengan gradasi warna gelap sampai warna terang. Gradasi ini menjadi simbol harapan hidup si anak kelak akan semakin terang. Prosesi dalam tradisi turun tanah mengandung harapan dan doa-doa terbaik untuk sang buah hati yang mulai belajar berjalan. Ada banyak sekali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap rangkaiannya.

Setelah prosesi nginjek tanah dilakukan lalu diadakan selamatan dengan membuat sedekahan berupa nasi beserta lauk-pauknya, kue, roti, pisang dll. Meski demikian, upacara atau tradisi ini tidak selalu digelar oleh setiap orang Betawi saat ini. Sebab, hal ini tergantung keadaan sosial dan ekonomi yang bersangkutan.


Bujaka - Aplikasi Budaya Jakarta

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaandki@gmail.com