Segenap Keluarga Besar Unit Pengelola Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki mengucapkan Selamat Ulang Tahun Ke-53 Kepada Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Bapak Anies Rasyid Baswedan. Semoga Bapak Anies Rasyid Baswedan diberikan kesehatan dan kekuatan dalam mengemban amanah memimpin Provinsi DKI Jakarta yang " Maju Kotanya Bahagia Warganya" Sumber foto : Portonews.com #disbuddki #Aniesbaswedan #PemprovDKIJakarta #BudayaJakarta #uppkjtim #tamanismailmarzuki
Pada bulan Maret 2022, Museum Tekstil melakukan survei pengunjung khususnya pengunjung virtual melalui platform Instagram @museum_tekstiljkt. Survei dilakukan untuk mengetahui apakah pengunjung virtual Museum Tekstil sudah mengenal pewarna alam. Berdasarkan hasil survei tersebut, dapat kita lihat bahwa sebagian besar pengunjung virtual Museum Tekstil menjawab dengan benar pertanyaan tentang pewarna alam. Namun, masih ada pengunjung virtual Museum Tekstil yang belum menjawab salah, yang berarti belum mengenal pewarna alam. Oleh karena itu, dalam artikel ini kami akan membahas mengenai pewarna alam. Berdasarkan bukti arkeologi, manusia sudah mengenal pewarna alami sejak 3500 tahun sebelum masehi dengan ekstrak sayuran, buah-buahan, bunga, serta serangga. Hal ini diperkuat dengan penemuan jejak pewarna dan pakaian berwarna pada reruntuhan peradaban Mohenjodaro dan Harappa. Selain itu juga ditemukan catatan tertulis bahwa pewarna alami telah ditemukan dan digunakan di Cina dan India. Pewarna alami ini terus berkembang walaupun memiliki kelemahan seperti warna yang tidak stabil, konsentarsi pigmen yang rendah, serta spektrum yang terbatas. Selain itu pewarna alami juga mudah luntur apabila dicuci atau terkena sinar matahari. Agar warnanya tidak mudah luntur dan tetap cemerlang pada proses pencelupan pewarnaan perlu ditambahkan sebuah bahan yang berfungsi sebagai mordan atau fikstator pengikat warna. Bahan fiksasi ini harus diambil dari bahan yang ramah lingkungan seperti air tawar, tunjung, tawas, dan lainnya. Selain untuk menjaga kelestarian lingkungan, dan juga edukasi khususnya generasi muda bahwa pewarna alam itu baik untuk lingkungan. Pelestarian dan edukasi ini juga dilakukan oleh Museum Tekstil melalui Taman Pewarna Alam. Ingin tahu lebih lengkap, yuk berkunjung ke Museum Tekstil. Bagi yang belum sempat berkunjung bisa nonton melalui Youtube Museum Tekstil Jakarta ya https://www.youtube.com/watch?v=og7uLiIiFmQ
Tenun Koffo/ Hote dibuat dari serat abaca atau manila hemp, yaitu sejenis pohon pisang-pisangan, dalam bahasa Sangihe disebut koffo atau hote. Kain ini dibuat dengan teknik tenun datar dan pakan tambahan untuk membuat motif. Pembuatan kain ini dilakukan secara manual dengan alat tenun gedhog. Tata warnanya cokelat, ungu, dan biru dari pewarna alami di lingkungan setempat. Setiap warna alami yang digunakan dalam sarana upacara keagamaan suku Sangihe memiliki makna tertentu. Kuning yang berasal dari kunyit dan dedaunan hijau melambangkan kesucian dan keagungan. Ungu yang berasal dari mengkudu dan bakau melambangkan kesetiaan. Merah yang berasal dari umbi kunyit melambangkan keberanian. Hijau yang berasal dari daun kunyit melambangkan ketenangan dan kesabaran. Kain koffo berfungsi sebagai tirai pembatas ruangan pada rumah tradisional di daerah Sangihe Talaud. Pada mulanya, tenun ini dibuat sebagai sandang untuk kebutuhan sehari-hari, sebagai sarana kegiatan keagamaan, dan sebagai material kain untuk diperjualbelikan. Serat abaca sebagai bahan koffo memiliki sifat fisik kuat, tidak mudah putus, tekstur mengkilap, tahan gesek dan kelembaban tinggi. Selain sebagai kain, serat ini juga dipakai untuk bahan baku kertas dan pembungkus kabel, sehingga memiliki nilai dan fungsi ekonomi yang tinggi. Ragam hias pada tenun koffo terinspirasi dari lingkungan alam setempat, dan memiliki makna tertentu. Isin kemboleng artinya gigi hiu, melambangkan kekuatan; kui artinya alat pemintal tali ijuk pohon enau; nalangu anging artinya empat penjuru mata angin; niabe nalangu anging artinya bintang tujuh bervariasi; dalombo, artinya jala ikan, dan sebagainya. Selama proses pembuatan tenun koffo penenun harus menjalani beberapa ritual. Antara lain melantunkan lagu dan irama sasambo (alat perkusi untuk mengatur tempo dan memberikan nuansa pada lagu sasambo, lagu rakyat suku Sangihe) yang saling berbalasan. Lagu dan irama sasambo ini mengandung makna selalu mengajak orang untuk bekerja, rukun, dan saling membantu. Peralatan untuk menenun juga dianggap sakral dan memiliki nama seperti; perajin tenun koffo disebut mengangahiuang; proses menenun disebut mengahiuang; alat tenun disebut kahiuang; dan kainnya disebut kahiwu atau koffo. Kain tenun koffo berfungsi sebagai media ritual keagamaan dalam pewarisan budaya yang terkait dengan nilai kehidupan sehari-hari. Warisan ini masih berlanjut hingga kini dengan adanya peralihan fungsi yang disesuaikan dengan kebutuhan saat ini.
Museum Tekstil di bawah manajeman Unit pengelola Museum Seni merupakan jendela wastra Indonesia dan menjadi salah satu wadah berekspresi bagi seluruh lapisan masyarakat, tidak terkecuali untuk anak-anak. Museum membantu anak-anak dalam memahami dunia tekstil warisan nenek moyang dan juga dapat mengembangkan pemikiran mereka dengan kegiatan interaktif yang menarik. Anak-anak akan dapat membuat hubungan pribadi yang dalam dengan sebuah Museum apabila mendapatkan pengalaman berkunjung yang menyenangkan dan berkesan. Oleh karena itu, Museum Tekstil membuka Ruang Bermain Wastra Anak yang dapat digunakan sebagai tempat belajar dan beraktivitas yang dapat menumbuh kembangkan minat anak terhadap wastra Indonesia. Kegiatan seperti menggambar, mewarnai, bermain puzzle dan masih banyak kegiatan edukasi lain dapat dilakukan oleh pengunjung anak-anak. Ruang Bermain Wastra Anak Museum Tekstil ini menjadi penting karena Museum harus menjadi tempat yang ramah bagi semua pengunjung. Anak-anak akan menjadi agen dalam perkembangan Museum karena kebiasaan mengunjungi museum sejak dini akan berdampak besar ketika mereka dewasa. Pandangan terhadap Museum yang menyenangkan akan terbawa hingga dewasa, dan akan menjadi pilihan bagi mereka untuk melakukan kunjungan kembali. Seluruh kegiatan pada Ruang Bermain Wastra Anak ini diharapkan menjadi semangat bagi Museum Tekstil dalam mengembangkan sarana dan prasarana yang baik bagi keterlibatan pengunjung anak-anak, serta dapat meningkatkan apresiasi masyarakat untuk selalu menghidupkan rasa cinta dan dukungannya terhadap Wastra Indonesia yang disajikan di Museum Tekstil.
Indonesia sudah menjadi daerah lintasan kapal-kapal dagang antar benua sejak awal Masehi. Hal tersebut berdasarkan data dari sumber-sumber tertulis berupa prasasti, karya sastra, maupun berita-berita dan catatan Cina dari masa itu, serta data relief dari candi-candi dan artefak yang sezaman. Dalam berita Cina disebutkan bahwa hubungan dagang antara Indonesia (dahulu nusantara) dengan India dan Cina pada abad ke 2 Masehi sudah relatif intensif hingga pada pengaruh perdagangan itu sudah mencapai berbagai segi kehidupan kebudayaan dan agama sehingga mendorong munculnya kerajaan-kerajaan dengan pengaruh kebudayaan Hindu-Budha. Pada masa Kekaisaran Cina seperti masa Dinasti Tang, Dinasti Song, Dinasti Yuan, Dinasti Ming (Abad VII-XIII Masehi) telah menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan yang ada di Kepulauan Nusantara. Komoditi perdagangan yang diperdagangkan dari Nusantara pada masa itu diantaranya cengkeh, pala, lada, cendana, beras, kapur barus, kemenyan, kain dan sebagainya. Sedangkan komoditi dagang dari Cina yang sangat terkenal di Nusantara pada masa itu terutama untuk kalangan menengah ke atas adalah berbagai jenis keramik, berupa piring, mangkuk, cangkir, jambangan, dan lainnya. Selain keramik, komoditi lain dari Cina yang juga terkenal adalah kain sutra. Ramainya kapal-kapal yang melintas pada masa itu diperkuat dengan banyak penemuan kapal karam di perairan Nusantara seperti Belitung Shipwreck, Cirebon Shipwreck, Java Shipwreck, Intan Shipwreck, kapal karam Cina di Pulau Buaya, dan lainnya. Kapal-kapal tersebut membawa berbagai jenis komoditi baik keramik atau rempah yang kemungkinan tenggelam akibat berbagai hal diantaranya menabrak karang, rusak, terkena badai, atau dibajak perompak saat dalam perjalanan dagangnya. Sebagai salah satu contoh kapal tenggelam yang membawa berbagai komoditi adalah Intan Shipwreck yang ditemukan oleh para nelayan Indonesia sekitar 18 km dari kapal karam Laut Jawa. Kapal karam ini disebut Intan shipwreck karena lokasi ditemukannya dekat dengan tempat pengeboran minyak Intan Oil Field. Kemudian Angkatan Laut RI menahan para nelayan ketika mereka mulai menjarah isi kapal karam tersebut, dan memberitahu kepada perusahaan Indonesia berlisensi dalam upaya penyelamatan barang muatan kapal tenggelam. Perusahaan ini bekerja sama dengan perusahaan Jerman, Seabed Explorations, tahun 1997 untuk melakukan penggalian secara menyeluruh. Situs ini menghasilkan temuan yang amat menakjubkan yaitu sebuah kapal karam tertua di Asia Tenggara dengan muatan yang lengkap. Hal itu dibuktikan dengan pengujian Carbon Dating yang diperkuat dengan analisis keramik dan koin menunjukkan pertanggalan dari abad ke-10. Sedangkan dari sedikit badan kapal yang tersisa, identifikasi dan rincian susunan balok kayu menunjukkan bahwa kapal ini adalah perahu layar buatan Indonesia yang mungkin berlayar dari ibukota Sriwijaya, Palembang, menuju ke Jawa Tengah atau Jawa Timur. Dari Eksplorasi yang dilakukan, dapat dikumpulkan berbagai bahan dan jenis barang barang muatan kapal karam yaitu keramik, tembikar, logam, batu, kaca, dan sisa-sisa organik. Muatan kapal ini berasal dari Cina, Malaysia, Thailand, Indonesia dan Timur Tengah. Dari beberapa temuan yang telah disebutkan, muatan kapal karam Intan yang diabadikan di Museum Seni Rupa dan Keramik lebih banyak berasal dari Dinasti Song (960-1279), seperti : piring, guci, mangkuk, teko, botol, cepuk, manik-manik, cermin, ingot, dll. (Manik-manik, biji kemiri, gigi binatang, kayu cendana, alat penghalus rempah-rempah) (Alat tukar, bagian dari arca, pedestal / lapik, anak timbangan, hiasan pintu, cetakan stupa, fragmen cakra, alat-alat cermin Cina / Nusantara, lonceng / bel)
Pada Tanggal 4 Februari 2022, bertempat di Gedung Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta mengadakan kegiatan vaksinasi booster menggunakan jenis vaksin Covid-19 AstraZeneca untuk seluruh ASN dan PJLP Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta. Vaksin dosis ketiga diberikan sebagai upaya untuk memutuskan rantai penularan COVID-19. Tujuannya dengan meningkatkan imunitas tubuh dalam melawan virus Corona khususnya melawan varian Omicron
Pada tanggal 4 Februari 2022 di Teater Kecil Taman ismail marzuki berlangsung pameran dan doa bersama untuk sastrawan Remy Sylado. Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana turut hadir dan memberikan sambutan mewakili Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan yang berhalangan hadir. Meskipun acara itu tidak dihadiri secara langsung oleh Remy Sylado, namun pihak keluarga terdekat dan seniman lainnya datang untuk mengirim doa kepada Remy Sylado. Sejumlah tokoh dan seniman yang menghadiri acara doa lintas agama tersebut antara lain aktor Reza Rahadian, sutradara Jajang C Noer dan pujangga Jose Rizal Manua yang tampil membacakan sejumlah puisi karya Remy Sylado. Usai doa dipanjatkan, acara dilanjutkan dengan lelang lukisan. Puluhan lukisan dilelang dalam acara tersebut. Dua karya di antaranya milik Remy Sylado.
Hi NCTzen Ikuti petualangan menelusuri lorong waktu NCT DREAM ngebatik di Museum Tekstil, kamu bisa merasakan serunya melakukan apa yang mereka lakukan di tahun 2019. Details: Museum Tekstil Minggu, 16 Januari 2022 10.00 am - Selesai Yuk, ikuti keseruan kita!! Kuota terbatas karena acara ini dibuat eksklusif untuk kamu anak KPOPers. Ada banyak benefit, doorprize, kegiatan di Auditorium super megah, dan asupan video La*nat by Osoyong.id.
Pada tanggal 3-5 Desember 2021 Museum Tekstil telah melaksanakan kegiatan “Pameran Museum Keliling Museum Tekstil” di Perkampungan Budaya Betawi Setu Babakan. Kegiatan yang berlangsung antara lain workshop membatik yang diperuntukkan bagi pengunjung PBB Setu Babakan. Selain workshop membatik, para pengunjung Pameran Keliling Museum Tekstil Jakarta juga dikenalkan oleh berbagai wastra dari koleksi Museum Tekstil dan tentunya kegiatan berlangsung dengan menerapkan protokol kesehatan yang berlaku ya!