Tari Blenggo

Posted October 25, 2018
Written by

Ada dua pendapat mengenai asal-usul nama Blenggo. Pertama menyatakan bahwa kata blenggo berarti ‘tari’, sehingga ada ungkapan diblenggoin dalam arti ‘ditarikan’. Kedua menyatakan bahwa kata blenggo berasal dari lenggak lenggok. Jadi gerakan yang lazim dalam satu tarian.

 

Gerakan-gerakan dalam tari blenggo pada umumnya diambil dari gerakan-gerakan pencak silat. Gerakan-gerakan tarian ini tergantung dari gerakan-gerakan yang ada dalam pencak silat. Misalnya, seorang penari blenggo yang menguasai jurus-jurus silat Cimande dengan gerakan-gerakan yang serba pendek akan berbeda dengan penari yang menguasai jurus-jurus Cikalong yang serba panjang.

 

Berdasarkan musik pengiringnya dibedakan adanya dua macam tarian blenggo. Pertama, blenggo yang diiringi gamelan ajeng, sehingga disebut blenggo ajeng. Kedua, tarian blenggo yang diiringi rebana biang, sehingga disebut blenggo rebana.

 

Blenggo ajeng adalah tarian blenggo yang diiringi oleh gamelan ajeng. Tarian blenggo ajeng ini diadakan untuk memeriahkan pernikahan yang dilakukan setelah “nyapun”, yaitu menaburkan kedua mempelai dengen beras kuning, uang, dan bunga-bungaan, dengan diiringi lagu khusus semacam kidung. Siapa saja yang berminat-dengan mendahulukan yang mempunyai hajat-dipersilahkan menari. Umumnya tarian-tariannya berunsurkan gerakan-gerakan pencak silat.

 

Pendukung kesenian ini terbesar di wilayah Betawi yang jauh dari kota, seperti di Kelapa Dua Wetan, Gandaria, dan Cijantung. Di wilayah Bekasi ada Kranggan (Pondok Gede), Pakopen (Tambun). Di wilayah Tangerang, ada Cireundeu, di wilayah Bogor ada di Curug, di Ciseeng, dan di Parung. Jadi, sama sekali tidak ada di Betawi kota atau yang dekat dengan kota.

 

Sementara itu, para penari pada blenggo rebana adalah para anggota klub rebana bidang sendiri yang melakukannya secara bergantian. Jadi, tarian blenggo pada rebana biang saling melengkapi. Tempo dulu, rebana biang baru diblenggoin bila malam telah larut. Sebelum laru hanya dibawakan lagu-lagu zikir, kemudian dilanjutkan dengan yang disebut lagu Sunda Gunung, seperti yang biasa terdapat pada pertunjukan blantek, topeng, dan sebagainya. Misalnya, lagu “Kangji”, “anak ayam”, “Sanggreh”, dan “Sangrai Kacang”. Jika para penonton sudah mulai mengantuk, maka mulailah dipertunjukkan tari blenggo.

 

Blenggo rebana ini tempo dulu ada di Kecamatan Pasar Minggu, di Bojong Gede, di Ciseeng, Pondok Rajeg, Citayem, dan Pasar Rebo.


Gambar Ilustrasi Tari Blenggo (Sumber Foto: sejarahjakarta.com)