Srengseng

Posted July 5, 2018
Written by

Srengseng merupakan salah satu kelurahan di wilayah Jakarta Barat. Wilayah ini memiliki luas 492 km2. Kelurahan ini berbatasan dengan Kelurahan Meruya Utara sebelah Utara, Kelurahan Joglo dan Kelurahan Meruya Selatan sebelah Barat, Kelurahan Kelapa Dua sebelah Timur, dan Kelurahan Ulujami sebelah Selatan. Dahulu kala di tempat ini pernah hidup seorang tokoh masyarakat bernama “Ki Trengseng”. Tokoh tersebut dianggap sakti, disegani, dan sangat masyhur di kalangan masyarakat. Setelah beliau meninggal, Ki Trengseng dimakamkan di bawah pohon angsana di Kampung Kebon Tebu, (Kampung Dua), yang kini terletak di wilayah RW 02 Kelurahan Srengseng. Pohon serta makan tersebut dianggap angker dan dianggap keramat oleh masyarakat setempat, sehingga masyarakat menyebutnya “Kramat Ki Trengseng”. Pada malam tertentu, makam tersebut didatangi oleh orang-orang untuk meminta selamat, rezeki, naik  pangkat, enteng jodoh dan lain-lain. Tidak hanya itu, mereka yang datang pun sering kali membawa sesajen berupa makanan, minuman, hingga rokok. Setelah hunian penduduk semakin padat di wilayah itu, pohon angsana di tempat keramat itu ditebang. Tempat keramat tersebut pun hilang bersamaan dengan berkembangnya daerah Srenseng.

Selain cerita tersebut, ada juga pendapat lain tentang nama Srengseng berasal dari nama tumbuhan yakni pohon bambu yang banyak tumbuh di wilayah ini. Bila bambu ditebang, banyak cabang/ujung bambu yang berserakan tidak terpakai. Cabang/ujung bambu yang tidak terpakai tersebut biasa digunakan sebagai kayu bakar. Dalam bahasa Jawa, cabang/ranting/ujung bambu disebut carang, sedangkan dalam bahasa Sunda disebut Srengseng. Naman Srengseng diambil dari bahasa Sunda ujung bambu.

Penduduk di daerah ini merupakan penduduk yang datang dari berbagai daerah di kota Jakarta, sehingga penduduk di daerah ini sudah mengalami akulturasi ras maupun sosial budayanya. Sejak tahun 70-an, tanah di wilayah ini sudah banyak dibeli oleh pihak swasta untuk dibangun real estate. Hingga saat ini, wilayah ini pun sudah banyak dipenuhi oleh perumahan-perumahan swasta dan semakin banyak penduduk pendatang yang berasal dari luar Jakarta.

Dari hasil temuan penelitian Arkeologi pada tahun 1988, di wilayah ini ditemukan peninggalan alat-alat rumah tangga yang digunakan pada masa prasejarah. Alat-alat rumah tangga tersebut berupa keramik asing dan keramik lokal yang berasal dari Eropa dan Cina.