Sanggar Topeng Betawi Setia Warga

Posted July 18, 2018
Written by
Category Sanggar

Sanggar Topeng Betawi Setia Warga didirikan pada tahun 1969. Sanggar ini beralamat di Kelurahan Dukuh Kecamatan Kramat Jati Jakarta Timur. Sanggar ini dalam kegiatannya meliputi seni musik dan tari tradisional topeng Betawi. Dengan susunan pengurus sebagai berikut; Ketua Ida Kushandi dan Wakil Ketua Caswana. Adapun personel anggota dibagi tiga jenis yaitu pemain, penari, dan pemusik. Pemusik di Sanggar Topeng Setia Warga adalah Atim memegang gendang, Duriat memegang kenong, Malik Nur Cahyadi memegang kenceng, Deden memegang rebab, Hengki memegang gong, Heri memegang kecrek. Penari diantaranya Kia, penari ini biasanya berjumlah 7 orang. Sementara pemain di antaranya Sabar, Karlin, Edewati, H. Asin, Junaedi, Bejo, Ruslin, Engkar, dan Suryati.

Pembinaan intern di sanggar khususnya agar pemain semakin solid dan professional dilakukan pelatihan secara rutin. Malam  Rabu dan Jumat dipakai untuk latihan musik, malam Rabu dan Sabtu dipakai latihan tarian atau menari, dan malam Selasa dipakai untuk latihan pencak silat. Latihan ini gratis, jika ada masyarakat yang ingin bergabung latihan dipersilakan. Langkah ini dilakukan sebagai upaya untuk mengembangkan budaya daerah sekaligus untuk mencari kader pengkaderan pemain topeng Betawi.

Perjalanan sebagai seniman topeng Betawi dirasakan sangat berat. Salah satunya adalah perjalanan Idi Kushandi sebagai seniman topeng Betawi. Idi Kushandi adalah seorang anak dan cucu maestro topeng Betawi, Ma Kinang dan Bokir. Idi Kushandi lahir di Cisalak, sejak kecil sebelum sekolah beliau suka ngamen di Manggarai, Tanjung Priuk, Cilingcing, Pondok Cina, Lenteng Agung, dan Pondok Aren. Ngamen untuk mempertontonkan kesenian topeng Betawi. Setelah sekolah pun terus ngamen, mereka berjalan dari acara pernikahan yang satu ke penikahan yang lainnya atau acara kaulan. Biasanya awal dan akhir ngamen sampai dan sebelum salat Subuh. Cerita yang disuguhkan cukup banyak di antaranya;

1)    Pendekar Kucing Hitam, menceritakan tentang seorang pendekar yang senantiasa membela terhadap kebenaran.

2)    Tukang Daun, menceritakan tentang seorang pedagang daun yang miskin akhirnya menikah dengan orang kaya.

3)    Tukang Sate, menceritakan tentang seorang yang miskin disukai oleh wanita kaya.

4)    Si Manis Jembatan Ancol, menceritakan tentang seorang yang dicintai oleh makhluk gaib.

5)    Lurah Durja, menceritakan tentang seorang lurah yang jahat, kejahatannya di antaranya suka mengambil istri orang lain.

Idi Kushandi, ketua Sanggar Topeng Setia Warga masih keturunan maestro Topeng Betawi yaitu Ma Kinang dan Bokir. Silsilahnya adalah sebagai berikut; Kong Jiun menikah dengan Wa Kimi dikarunia anak yaitu Yumi, Juna Ana, Runah, Nai, dan Bokir. Anak Kong Jiun dan Wa Kimi yang bergerak di bidang seni adalah Nai dan Bokir. Perkawinan Kong Jiun dengan Ma Kinang dikaruniai anak yaitu Kisan, Dali, Limi, Lima, dan Lipah. Anak Kong Jiun dengan Ma Kinang yang bergerak di bidang seni adalah Kisam, Dali, dan Lima.

Perkawinan Bokir dengan Hj. Tipis dikaruniai anak yaitu Suwari, Sukria (Saabar), dan Sumiyati. Anaknya yang bergerak di bidang seni adalah Sabar sebagai penari dan Sumiyati sebagai penari di Jepang. Sanggar Setia Warga memiliki jumlah anggota kurang lebih 30 sampai 50 orang. Dalam setiap pertunjukan grup topeng Betawi ini menawarkan harga Rp30.000.000,-. Selesai pertunjukan, para pemain langsung diberikan honornya tidaklah merata melainkan disesuaikan dengan peran dan beban seseorang dalam bermain. Makin berat beban perannya dan makin terkenal orangnya, upahnya pun akan lebih tinggi dibandingkan dengan pemain lainnya.

Sanggar Topeng Setia Warga sudah memiliki gedung untuk berlatih sekaligus sekretariatnya. Gedung ini berada di rumah Idi Kushandi. Selain gedung, sanggar ini pun sudah memiliki perangkat gamelan topeng Betawi.

Minimnya masyarakat yang mengundang kesenian topeng Betawi di antaranya karena sudah berkurangnya peralatan untuk pertunjukan, sementara pertunjukan topeng Betawi mengundang penonton cukup banyak. Selain itu, menurut ketua Sanggar Topeng Betawi Setia Warga adalah kurangnya perhatian dari pemerintah dan sampai sekarang Pemerintah Daerah DKI Jakarta belum pernah berkunjung atau bertandang ke Sanggar Topeng Betawi Setia Warga.