Sanggar Topeng Betawi Cinta Damai

Posted July 18, 2018
Written by
Category Sanggar

Sebelumnya kesenian topeng Betawi ini tumbuh tidak teratur karena tidak ada lembaga atau instansi yang mengurusi kesenian tradisional ini, namun kini tidak. Hal itu berkat keberadaan lembaga kebudayaan yang selanjutnya mengurusi, mengatur, dan memelihara kesenian tradisional tersebut. Dengan campur tangan lembaga kebudayaan khususnya lembaga kebudayaan yang berada di DKI Jakarta, mereka mulai terdaftar dan diberikan nomor sehingga mereka bisa tampil rutin di Arena Terbuka Perkampungan Budaya Betawi (PBB). Selain itu, pemerintah daerah memberikan bantuan dalam bentuk dana kepada sanggar-sanggar yang memenuhi kriteria setelah tentunya diseleksi terlebih dahulu.

Sanggar topeng Betawi berada di pinggiran Jakarta. Sanggar-sanggar ini tidak ada yang menonjol; dalam artian mempunyai fasilitas sanggar yang memadai dan dapat menjadi ajang pagelaran untuk menarik wisatawan Nasional maupun Internasional. Jarang ada sanggar yang focus pada satu kesenian karena pada umumnya dalam sebuah sanggar terdiri atas beberapa kesenian daerah misalnya terdapat kesenian topeng Betawi, pencak silat, dan lenong. Dari sekian sanggar topeng Betawi diantaranya Sanggar Cinta Damai dan Sanggar Setia Warga.

Sanggar Cinta Damai didirikan oleh Amin pada tahun 2000. Sanggar ini beralamat di Jalan Bina Marga RT 06 RW 02 Kecamatan Cipayung. Dengan kepengurusan sebagai berikut; Ketua merangkap sekretaris adalah Amin, Wakil Ketua adalah Azis Sonar, dan Bendahara adalah Milah. Sanggar Cinta Damai berbadan hokum akta notaris kebudayaan. Adapun jumlah personel Sanggar Cinta Damai kurang lebih 25 orang yang terdiri atas pemain musik 10 orang, pemain lakon berjumlah 15 orang, dan cadangan berjumlah 5 orang. Di luar jumlah tersebut ada penari yang berjumlah 7 orang, penari ini biasanya diambil dari sanggar lain yang menyediakan personel para penari topeng.

Tokoh-tokoh atau maestro kesenian Topeng Betawi diantaranya Mpok Nori, Bokir, Mastur, H. Bolot, dan Sabar. Menurut penuturan Amin, beliau dan teman-temannya mendirikan Sanggar  Topeng Betawi Cinta Damai adalah untuk melestarikan kebudayaan Betawi jangan sampai putus, selain itu sebagai mata pencaharian dan tempat mencari nafkah. Namun demikian, menggeluti kesenian tradisional topeng Betawi sebagai sebuah mata pencaharian dalam mencari nafkah untuk kelangsungan keluarga masih jauh dari harapan. Setiap usai mentas para pemain hanya mendapatkan upah sekitar Rp50.000,- sampai Rp150.000,-. Pembagian upah ini bervariasi sesuai dengan beban kerja dan ke profesionalannya. Bagi pemain yang sudah professional seperti Mastur dan H. Bolot bisa mendapatkan upah sampai Rp6.000.000,- sekali tampil. Selain upah bagi para pemain yang relatif kecil juga jam terbang sanggar ini masih kurang karena harus menunggu acara kenduri, sunatan, pernikahan atau acara lain yang jarang, dan persaingan antara sanggar-sanggar yang ada. Oleh karena itu, untuk menyambung hidup para pemain ini mencari pekerjaan sampingan sebagai pedangang, kuli bangunan, tukang ojeg, calo tanah, pengrajin, dan sebagainya.

Dalam Sanggar Cinta Damai terdapat pemain atau kru yang bukan orang Betawi, yaitu berjumlah 2 orang dari etnis sunda. Kedua orang itu bergabung karena menyukai kesenian topeng Betawi, ada kalanya ketika akan bermain sebuah grup atau sanggar akan meminjam personel dari sanggar lain. Hal ini dianggap wajar dan sudah biasa, kasus peminjaman pemain ini disebabkan oleh beberapa alasan yaitu adanya pemain yang tidak bisa manggung karena ada halangan. Bisa juga karena di sanggar tersebut tidak ada pemain yang memiliki keahlian seperti misalnya penari topeng.

Sanggar Cinta Damai dalam membina dan melatih pemainnya dilakukan rutin oleh seorang pelatih yang bernama Misin. Pak Misin adalah turunan Ma Kinang dari Cibinong, para pemain topeng Betawi dari Sanggar Cinta Damai adalah Keman, Markim, Lempod, Buang, Napi, Totong, Kimung, Usin, Ajay, Minti, Dewi, Milah, H. Sanan, Tiol, Ani, Mini, dan Mami.

Sejak berdirinya Sanggar Cinta Damai sudah memiliki gedung sendiri yaitu di rumah kediaman Amin. Di gedung ini para pemain berlatih dalam seminggu dua kali yaitu pada malam kamis dari pukul 22.00 WIB sampai 24.00 WIB dan pada malam Minggu 22.00 WIB sampai 24.00 WIB. Gedung ini dilengkapi dengan peralatan gamelan milik sendiri. Rutinitas pemain dalam berlatih dimaksudkan agar pemain dapat menjiwai apa yang mereka perankan. Selain itu, untuk melestarikan budaya leluhur ini biasanya ketua Sanggar Cinta Damai berserta pengurus suka mengajak masyarakat sekitar untuk bergabung dalam kesenian ini. Langkah ini merupakan upaya pengkaderan personel pemain topeng Betawi yang semakin hari semakin surut. Antusiasme masyarakat untuk bergabung dalam grup kesenian ini relative kurang, hal ini disebabkan profesi sebagai pemain kesenian tradisional kurang menjanjikan kehidupan masa depan.