Puisi Subuh Terakhir Seorang Kakek

Posted July 5, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

Puisi Subuh Terakhir Seorang Kakek

Puisi ini adalah karya Ridwan Saidi dalam bukunya Lagu Pesisiran, Puisi-puisi Betawi.



Subuh Terakhir Seorang Kakek

Kokok Ayam kampung berlagu

Mengurut sisa malam yang lalu

Tak satu pun gelombang angin yang berlalu

Lorong-lorong udara membeku

Kaku membaku

Tiada laku

Kuku bak dipaku



Mendapat peluang dahsyat

Asam urat atur siasat

Menyerang otot betis dan tulang belikat

Urat melintir seperti pagar kawat

Tulang tak beda besi berkarat

Batang pisang batang tubuh batang es lilin

Dingin licin bagai diformalin

Dikaki langit warna merah merekah

Mengelukan pulangnya malam yang lelah

Malam pun perlu rebah



Seorang kakek bersarung plékat

Berjongkok dekat padasan hitam pekat

Segayung air di tangan kanan

Tangan kiri memencit tengkuk yang kepalan

Walau tubuh menggigil—hajat kecil mesti disalurkan

Terror frostat memaksa air seni tak tuntas dikeluarkan

Setetesan setetesan

Bagai IMF kasih pinjaman



                Ya arhama rohimin irhamna

                Ya arhama rojimin irhamna

Terbit terehim dair menara

Kakek terbatuk-batuk campur sendawa



Usai wudhu tangan dilap handuk

Terbungkuk-bungkuk ia menyongsong beduk

Cucu masih pada ngeringkuk

Bahkan ada kepala ditindih bantal lapuk

Persis kokok beluk



Ia melongok kamarnya

Nyai bersimpuh di sajada

Dua pasang mata yang layu bertemu

Membersitkan cahaya syahdu

Rindu dalam bisu

Detak jantung berpacu

Darah menggebu

Dinding aorta mulai kaku



Suaranya lirih mengaminkan qumut imam

Saat tahiyat—badan menggigil seperti demam

Ia terdiam

Diam

Diam dalam keterdiaman

Dalam keabadian