Seorang penjual kue dongkal di bilangan Kemandoran, Jakarta Barat, mengakui kue dongkal sudah jarang ditemui. Tidak jelas apa yang membuat kue ini menjadi langka. Padahal bila dilihat, pembelinya datang dan pergi silih berganti. Kue ini memang lebih nikmat disantap selagi panas, makanya adonannya tidak langsung dibuat dalam jumlah banyak. Lagipula membuatnya juga tidak terlalu lama, sehingga sang penjual dapat berulang-ulang membuat adonan kue dengan cepat.

            Tepung beras dikukus menjadi gumpalan-gumpalan kecil, sudah disaipkan dari rumah tersebut dimasukkan kedalam kukusan dari anyaman bambu yang berbentuk mirip topi caping pak tani. Adonan dan gula merah dimasukkan silih berganti. Lalu dikukus menggunakan kukusan tradisional tinggi berpinggang. Aslinya dongkal dibakar dengan kayu, sehingga aromanya menjadi lebih smokey. Namununtuk kepraktisan, kini penjual kue Dongkal menggunakan bahan dasar gas. Setelah matang, langsung dikeluarkan dari cetakan. Bentuknya alur berlapis-lapis antara gula merah dan warna putih dari adonan kue. Saat ada pembeli, kue dipotong-potong, ditaruh dalam wadah dan ditaburi kelapa parut. Tekstur kue dongkal mengingatkan pada kue putu yang dicetak dengan potongan bambu. Rasanya juga tidak jauh berbeda.

 

Resep Kue Dongkal

 

Bahan:

 

1.     1 liter tepung beras (sebaiknya tidak menggunakan tepung beras kemasan tapi beras yang digiling sendiri)

2.     1/4 kg sagu

3.     1/4 kg irisan gula merah 

4.     Air dan garam secukupnya

 

Cara Membuat:

 

1.    Kukus tepung beras menggunakan kain bersih hingga menggumpal. 

2.    Setelah dingin campurkan dengan sagu, aduk hingga rata. 

3.    Percikkan air garam ke adonan hingga adonan tidak menggumpal (buyar). 

4.    Masukkan adonan kedalam klakat (Loyang yang terbuat dari bamboo)/ kukusan selang-seling     dengan gula merah (seperti pada gambar)

5.    Kukus hingga matang

6.    Sajikan dengan kelapa parut kukus yang dicampur sedikit garam.

 

Gula merah bisa ditambahkan sesuai selera.