Kampung Setu

Posted July 5, 2018
Written by

Kampung Setu merupakan salah satu kelurahan yang berada di Jakarta Timur. Kampung ini berada di tepi Barat Kali Sunter yang merupakan batas wilayah dengan Kabupaten Bekasi, Provinsi Jawa Barat. Kampung ini disebut Kampung Setu karena adanya rawa yang terletak di tengah kampung dan biasa disebut dengan “setu”. Luas rawa ini  ± 3.000 m2. Pada musim hujan, debit airnya sangat banyak hingga menyebabkan banjir. Namun pada musim kemarau, setu ini menjadi kering dan tanahnya pun terlihat retak-retak  seperti tanah kosong yang dibiarkan begitu saja. Tidak ada keistimewaan khusus pada setu ini, tidak ada legenda atau dongeng  yang disebar luaskan dari setu ini. Hanya saja letaknya yang berada di tengah pemukiman warga, nama “setu” kemudian digunakan sebagai nama kampung ini.

Penduduk asli Kampung Setu adalah orang-orang Betawi. Dahulu, di kampung ini hanya ada 7 kepala keluarga yang menempati. Ketujuh kepala keluarga itu adalah Wak Si’ung, Wak Kimin, Ki Jangan, Ki Jilin, Ki Kontong, Wak Dirun, dan Wak Kaman. Ketujuh orang tersebut merupakan cikal bakal penduduk Kampung Setu, kini penduduk yang tinggal di sana merupakan keturunan mereka.

Pada masa penjajahan Belanda, di kampung ini dikenal adanya tuan tanah, namun tuan tanah di kampung ini tidak memiliki tanah. Mereka hanya sebagai pemungut pajak tanah penduduk yang harus membayar pajak sebesar 5 sen.

Pada hasil penelitian Arkeologi pada tahun 1984, di Kampung Setu ditemukan 3 buah makam keramat dan peninggalan purbakala antara lain; Kramat Gangsor atau disebut juga sebagai Kramat Purba; Kramat Jaelan atau Kramat Bantar Jati; Kramat Pak Aris; Masjid yang dibangun semasa Perang Kemerdekaan; Batu Tumbuhan yang ditemukan di wilayah perbatasan Kampung Setu dengan Kelurahan Lubang Buaya; Golok/Keris; Beliung Persegi/ Belincung; Gerabah; dan Keramik Asing maupun Lokal.