Cerita Rakyat Betawi Si Amat

Posted July 5, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

Si AMAT

Cerita rakyat Betawi yang mengisahkan Si Amat seorang yang malas luar biasa. Setiap hari kerjanya hanya mengilik-ngilik telinga dengan bulu ayam. Karenanya ia tak lagi dihiraukan oleh orang-orang.

Pada suatu hari seorang tetangganya mengadakan selamatan. Semua orang di kampungnya diundang. Hanya Si Amat saja yang tidak. Bahkan tak seorang pun yang ingat untuk mengajaknya. Saat selamatan berlangsung, terdengarlah suara puji-pujian barzanzi di rumah itu. Si Amat mendengarkan dari samping rumah itu. Terbayang dibenaknya, berbagai juadah penganan yang disuguhkan orang selamatan. Tak kuasa Si Amat menahan titik air liurnya.

Karena sangat inginnya menikmati penganan berkat selamatan, Si Amat menjadi kesal. Pikirnya, sungguh tidak adil, semua orang diundang sedang dirinya tidak. Makin keras berzanzi berkumandang, makin gusar hati Si Amat. Akhirnya timbullah akal Si Amat. Diambilnya sebatang pelepah pisang. Ditekuknya pelepah pisang menjadi tiga bagian, lalu dipasak dengan lidi. Jadilah sebuah kuda-kudaan.

Selagi orang mengumandangkan selawat, Si Amat asyik bermain kuda-kudaan. Ia berlari-lari dan melompat-lompat mengelilingi rumah yang sedang selamatan. Tingkah Si Amat tentu saja membuat orang yang tengah membaca selawat merasa terganggu. Pemilik rumahpun lama-kelamaan menjadi gusar, ia pun keluar dan menegur Si Amat. “He Amat, apa kau sudah gila? Macam anak kecil saja kelakuanmu itu”.

“Jika aku bukan anak kecil, tentulah aku diundang selamatan”. Sahut Si Amat seenaknya, ia pun terus melompat-lompat dengan kuda-kudaan pelepah pisangnya.