Cerita Rakyat Betawi KELONG WEWE

Posted July 5, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

KELONG WEWE

Cerita rakyat Betawi ini mengisahkan tentang kelong wewe.

“He mau kemana kau?” ujar nenek pada cucunya. “Malam telah gelap, jangan kau berkeliaran di luar”.

“Tapi nek, malam ini kan terang bulan”, sanggah cucunya.

“Pergilah sana kalau kau ingin diculik kelong wewe”.

“Ha apa itu nek?” cucu mendekat, tak jadi keluar.

“Kelong wewe itu hantu perempuan yang menakutkan”, sahut nenek. “Ia senang menculik anak yang berkeliaran malam-malam”.

“Benarkah?” cucu nenek itu makin tertarik. “Seperti apa rupa hantu itu nek?”

“Rupanya sangat seram”, Nenek menuturkan, “Rambutnya panjang dan gimbal. Kedua matanya membelalak seperti hendak keluar. Lidahnya menjulur panjang, demikian pula payudaranya, menggantung panjang hingga ke lutut”.

“Hii, seram sekali”, cucu nenek itu bergidik.

“Mau tahu?” lanjut nenek, hantu itu biasa tinggal di pohon-pohon besar. Di tempat itu pula ia menyembunyikan anak yang diculiknya”.

Si cucu kian merapat pada neneknya, nenek pun meneruskan. “Dulu di kampong sebelah sana, ada seorang anak beranama Ucup. Pada suatu malam orang tua Si Ucup kebingungan, anaknya belum pulang. Rumah teman-teman si Ucup didatangi, namun tak satupun yang mengetahui keberadaan anak itu. Kedua orang tua itu kian bingung. Para tetangga lalu berdatangan.

Setelah mengetahui hilangnya si Ucup, semua orang berkeliling mencari. Semua tempat bermain didatangi. Semua orang ditanyai. Namun hingga lewat tengah malam hasilnya tetap nihil.

Akhirnya semua orang sepakat untuk menanyai Nyak Iden, seorang dukun beranak. Segera wanita tua itu dipanggi8l. “Wah celaka”, ujar Nyak Iden setelah ia membaca jampi-jampinya, “Si Ucup diculik oleh Kelong Wewe”.

Menangislah emak si Ucup meraung-raung. Orang banyak kian kebingungan. Tetapi Nyak Iden tenang-tenang saja. Ia membakar kemenyan di pedupaan. Mulutnya komat-kamit, matanya terpejam. Beberapa saat kemudian Nyak Iden membuka mata, “Sekarang kalian pergilah ke pohon di dekat tegalan sana”, ujar dukun beranak itu, “Di sanalah kelong wewe menyembunyikan si Ucup”.

Berbondong-bondong orang pergi ke tegalan. Benarlah, di bawah pohon Johar di tepi tegalan itu, tampak si Ucup tengah termangu-mangu. Maka suka citalah semua orang. Beramai-ramai orang menanyai si Ucup. Namun tak sepatah pun terucap dari mulut anak itu. Mata anak itu hanya menatap kosong. Tampaknya ia seperti tak sadarkan diri.

Segera orang membawa si Ucup kepada Nyak Iden. Benar, kelong wewe belum sepenuhnya melepaskan si Ucup. Dukun beranak pun kembali membacakan jampi-jampinya. Baru pada hari ketiga si Ucup dapat bicara. Menurut kisahnya, saat ia pulang kemalaman, ia terpisah dari teman-temannya. Lalu ia berjumpa seorang perempuan tua. Perempuan itu membujuknya untuk turut.

Menurut si Ucup, sesungguhnya ia tak ingin mengikuti perempuan itu. Namun ia merasa tak mampu menolak. Maka ia pun dibawa terbang ke pohon Johar di tepi tegalan. Demikianlah tutur nenek.