Cerita Rakyat Betawi HIKAYAT SETU BABAKAN

Posted July 5, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

HIKAYAT SETU BABAKAN

Cerita rakyat Betawi ini mengisahkan tentang sepasang remaja yang saling berkasi-kasih. Percintaan mereka tidak disetujui oleh orang tua si gadis. Sebab si pemuda amatlah miskin.

Suatu ketika, berkatalah pemuda itu kepada kekasihnya, “Dik, orang tua adik jelas-jelas tak menyetujui hubungan kita”, Pemuda itu menjelaskan, “Mungkin karena abang orang miskin. Karena itu abang hendak pergi merantau. Siapa tahu nasib abang membaik. Dan jika kita memang berjodoh, kelak pasti kita akan dapat bersama lagi”.

“Jika memang itu keputusan abang, pergilah”, sahut gadis itu dengan berlinang air mata. “Tetapi jika abang sudah berhasil di rantau, lekaslah pulang”.

Dengan diiringi linangan air mata, pergilah pemuda itu.

Setahun telah berlalu. Tak ada kabar mengenai pemuda itu. Si gadis mulai resah, apalagi orangtuanya telah menjodohkan dirinya dengan laki-laki lain. Saat pernikahannya kian dekat, gadis itu kian gelisah. Ia masih berharap pemuda idamannya akan kembali. Namun harapan tinggal harapan.

Akhirnya gadis itu putus asa. Ia pergi ke Danau (Setu) Babakan. Dengan perasaan hancur ia menceburkan dirinya ke sana. Para siluman penghuni danau itu menaruh belas kasihan pada gadis itu. Maka ia tak mati terbenam di danau itu, tetapi menjelma menjadi buaya putih.

Hingga kini, buaya putih itu masih setia menjaga danau itu. Jikalau ada orang berbuat tidak senonoh di sekitar danau, maka orang itu akan menjadi kurban buaya putih.