Becande Ala Betawi (Cerita) Potong Potong Roti

Posted July 5, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

POTONG-POTONG ROTI

Cerita POTONG-POTONG ROTI ini adalah salah satu cerita, hasil karya Bang Thabrani dalam bukunya “Kumpulan Cerite BaBe (Becande Ala Betawi)”, BABAK I (1940-1960).

Jepang sempat menjajah negeri kita, selama tiga setengah tahun setelah mengalahkan tentara Belanda hanya dalam hitungan jam. Jepang mendarat di Kalijati tanggal 8 Maret 1942 dan menyerah pada sekutu setelah bom atom dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki pada tanggal 14 Agustus 1945, dan kita merdeka pada 17 Agustus 1945.

Banyak sekali penderitaan bangsa kita pada masa pendudukan Jepang. Rakyat disuruh menjadi romusha, heiho, dan yah yongfu. Berbagai macam logam, terutama besi, diangkut ke negerinya, termasuk patung-patung, peninggalan Belanda yang sudah lama berjengger sebagai simbol kolonialisme.

Menurut cerita orang-orang tua kita, apabila di malam hari ada suara sirine berbunyi, penduduk disuruh bersembunyi, berdiam diri di rumah, tidak boleh keluar atau mengintip. Katanya sih, ada musuh menyerang. Penduduk takut dan patuh, kemudian lampu-lampu penerangan pun dimatikan.

Nggak taunye, segale macem besi, dicopotin dan diangkutin, begitu juga pager-pager rumah. Anak-anak sekolah disuruh metik bauh jarak untuk diambil minyaknya. Kesemuanya itu, dipakai untuk keperluan mesin perang Asia Timur Raya.

Merdeka! Merdeka! Begitulah yel-yel diteriakkan oleh rakyat dengan penuh semangat dan gembira. Indonesia telah Merdeka! Bendera Merah Putih berkibar dimana-mana. Bung Karno dan Bung Hatta, telah mengumandangkan Proklamasi Kemerdekaan Bangsa Indonesia.

Saat Jepang berkuasa, rakyat dibuat susah makan nasi, karena hasil bumi terutama beras, diangkut ke negerinya. Kalaupun ada yang bisa dimakan, pasti nasi campur jagung, atau makan jagung saja dengan umbi-umbian, sehingga terjadilah pemeo sebagai gambaran antara sedih dan gembira. Banyak orang pada setiap kesempatan ketemu atau berpapasan dengan orang lain, orang tersebut mengepalkan tangan dan mengacungkannya ke atas. Maka kelaurlah tel-yel yang menjadi pemeo:

Merdeka Bung!

Tetap!

Makan Jagung Bung!

Tetap!

Kemudian yang berikutnya, sebagai sindiran, bahwa Jepang yang kalah berperang itu juga telah menyengsarakan kaum perempuan. Mereka, kaum hawa itu dijadikan yan yongfu alias pemuas nafsu seks. Terjadilah syair-syair yang dinyannyikan pemeo:

Potong-potong Roti

Roti pake mentega

Nipon ude mati

Republik kudu Merdeka!

Dasar sipat anak Betawi yang emang dari dulunye demen becande, sampe ade pendapet, bahwe sipat yang kayak begini nih, disebut sipat Piso Bemate Due, yaitu istilah yang disampein ame Nurcholis Madjid (Alm) alias Cak Nur pada Kongres Rakyat Betawi 19-21 September 2003 di Hotel Inna Wisata.