Becande Ala Betawi (Cerita) Gaya Anggota Eksponen 66

Posted July 5, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

GAYA ANGGOTA EKSPONEN 66



Cerita Gaya Anggota Eksponen 66 ini adalah salah satu cerita, hasil karya Bang Thabrani dalam bukunya “Kumpulan Cerite BaBe (Becande Ala Betawi)”, BABAK II (1960-1980).

Beberapa mahasiswa dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta sedang berkumpul di teras Masjid Salman, Jalan Ganesha Bandung. Tampaknya tanpa disadari dan disengaja, setelah shalat zuhur mereka berkumpul. Kemudian membahas situasi politik yang sedang diperjuangkan, yaitu menjatuhkan Orde Lama. Bung Karno yang dianggap kekiri-kirian. Sebelumnya, mereka saling memperkenalkan diri masing-masing dan saling menyebutkan nama dan almamaternya.

Mahasiswa kelompok ini selanjutnya disebut sebagai Angkatan (Eksponen) 66, karena kegiatan mereka terjadi pada tahun 1966. Kemudian di akhir masa kekuasaan Orde Baru, istilah Angkatan 66 dihilangkan, cukup disebut Eksponen 66 saja, barangkali takut menyaingi charisma Angkatan 45.

-    Saya, Umar Munthoa dari Fakultas Hukum UI, Jakarta.

-    Saya, Hendro Wardoyo dari Akademi Perhotelan Nasional, Bandung.

-    Saya, Ding Suryadi dari IPB Bogor.

-    Saya, Uyung Syahrizal Darwis dari Unbra, Malang.

-    Saya, Tonny Sechan dari Unpad, Bandung.

-    Saya, Mustamil Nasution dari Unpar, Bandung.

-    Saya, Wawan Suwandi dari Unpas, Bandung.

Mahasiswa terakhir yang belum memperkenalkan diri adalah Denny Mustofa, anak Betawi dari Gang H. Murthado, Salemba Bluntas, Jakarta Pusat. Orangnya kocak, perawakannya pendek-buntek alias bogel. Itulah sebabnya di kemudian hari, dia dipanggil Si Bogie. Menurut Moh. Sofyan (48 tahun) yang menjaga dan mengurus makam H. Murthado, almarhum adalah seorang ulama, pengikut Sultan Agung dari Mataram. Sebab, banyak peziarah dari Jawa Timur dan Surakarta datang berdasarkan wangsit, untuk mencari makam H. Muthado. Awalnya tempat ini bernama Salemba Utan, kemudian menjadi Salemba Bluntas, sebab banyak pohon bluntasnya. Menurut sejarah, Sultan Agung menyerang Belanda di Batavia pada tahun 1629.

Sebelum ngomong, Bung Denny minta dulu sebatang rokok. Rokok yang ditembak adalah rokok Sdr. Hendro Wardoyo. Alasannya, mulut terasa asem. Sambil menghisap rokok dan mengepulkan asap, Bung Denny berkata, “Ane punye name, Denny Mustofa. Diberanakkan di Jakarte. Jebolan SMA I Boedi Oetomo alias Boedoet. At this time being, ane kuliah di UIC.”

Waktu itu UIC belum dikenal orang sehingga terdengar masih asing. Maka mahasiswa pun saling bertanya-tanya. Apaan tuh UIC?

Belum sempat Bung Denny alias SI Bogie menjelaskan UIC, bahwa UIC itu singkatan dari Universitas Ibnu Chaldun, Hendro Wardoyo yang masih kesal, karena rokoknya ketembak, kontan nyamber dengan setengah bercanda, karena SMA-nya sama-sama di Jakarta. Hendro Wardoyo lulusan SMA X Bagian C atau Bagian Ekonomi. Pada era 1960-an, SMA masih terbagi atas tiga bagian, yaitu Bagian A (Budaya), Bagian B (Ilmu Pasti), Bagian C (Ekonomi).

Kemudian Hendro Wardoyo nyeletuk.

“Gue tau, UIC apa ‘an? UI Bagian C!”

Canda Hendro Wardoyo disambut gelak tawa oleh sesame rekan mahasiswa. Tapi Denny bukan sembarang Denny kalo bukan anak Jakarte asli. Kalm aje die, nanggepin goda’an, yang penting rokok ude di tangan. Rokoknya disedot, asepnya dikepulin, sambil ngebentuk huruf O … O … O … . ngomong die deh, “Bokis… ente, Jokaw! (Bisa aje lu, Jawa!)”