Topeng

Posted May 8, 2018
Written by
Category Seni Pertunjukan

Topeng Betawi berkembang di wilayah budaya Betawi pinggiran, terutama sebelah utara Kabupaten Bogor, seluruh wilayah Kabupaten Bekasi, dan sebelah Timur Kabupaten Tangerang. Topeng dapat dimainkan pada tempat terbuka atau di atas panggung. Namun untuk “ngamen” topeng biasa main tanpa panggung alias tempat terbuka. Untuk memeriahkan pesta pernikahan, sunatan, kaulan, atau pesta lainnya, topeng bermain dibawah naungan “tertarub” , semacam pangung yang terbuat dari kerangka bambuberatapkan anyaman daun kelapa dengan lantai tanah beralaskan tikar. Sejak tahun 1970an, topeng mulai menggunakan panggung, sebagaimana pertunjukan lenong atau orkes dangdut. Penerangan pun berganti dari lampu minyak bercabang tiga biasa yang disebut “colen” atau “pelita” menjadi lampu petromaks atau listrik.

Pertunjukan dibuka dengan menampilkan musik instrumental yang disebut “talu” atau “tertalu”. Kemudian disusul dengan menampilkan “arang-arangan” dan “tetopengan”. Itulah penanda pertunjukan akan segera di mulai. Tokoh sentral dalam pagelaran Topeng adalah jantuk. Tokoh ini lebih kepada hubungan interaksi antara jantuk dengan penonton. Lakon-lakon lainnya adalah Benguk, Pucung, Lurah Karsih, Mursidin dari Pondok Pinang, Samiun Buang Anak, Murtasik dan sebagainya. Sekarang ini dalam pertunjukan semalam suntuk topeng membawakan satu cerita panjang dengan banyak pemain, seperti Jurjana, Dul Salam, Lurah Bami dari Rawa Katong, Asan Usin, Lurah Murja, Rojali Anemer Kodok, Waru Doyong, Daan Dain, Kucing Item, Aki-aki Ganjen dan sebagainya.

(sumber : Buku Seni Pertunjukan Tradisional Betawi, Arie Budhiman, 2012)