Orkes Samrah / Harmonium

Posted May 8, 2018
Written by
Category Seni Musik

Orkes Samrah atau lebih tepat disebut Orkes Harmonium karena unsur alat musik harmonium yang sangat dominan berkembang di Batavia sejak abad ke-17. Kesenian ini dibawa oleh orang-orang Melayu     yang datang dan tinggal menetap di Batavia pada waktu itu. Alasan lain bahwa suku yang menjadi cikal bakal orang Betawi adalah Melayu juga cukup kuat. Samrah berasal dari kata bahasa Arab “samarakh” yang berarti berkumpul atau pesta dan santai. Kata “samarakh” oleh orang Betawi diucapkan menjadi  “samrah” atau “sambrah”. Orkes ini dimanfaatkan sebagai sarana hiburan dalam berbagai acara. Lagu-lagu pokoknya berbahasa Melayu seperti Burung Putih, Pulau Angsa Dua, Cik Minah Sayang, Sirih Kuning, Masmura, Pakpung Pak Mustape, dan sebaginya. Disamping itu lagu-lagu tradisional Betawi juga dimainkan seperti Jali-jali, Kicir-kicir, dan Langgang-lenggang Kangkung.

            Dalam hal kostum para pemain orkes samrah memakai peci, jas, kain sarung pelekat atau baju sadariah dan celana batik. Sekarang ditambah lagi satu model yang sebenarnya model lama, “jung serong” (ujung serong), yang terdiri dari tutup kepala yang disebut liskol, jas kerah tutup dengan panetolan, satu warna dan sepotong kain batik yang dililitkan di bawah jas dan dilipat menyerong dengan ujungnya menyembul ke bawah. Daerah penyebaran samrah terbatas di kawasan Betawi tengah, seperti Tanah Abang, Cikini, Paseban, Tanah Tinggi, Kemayoran, Sawah Besar dan Petojo. Masyarakat pendukungnya kebanyakan kelas menengah.