Taman Lapangan Banteng
Taman Lapangan Banteng- Jakarta Pusat |
|
Alamat |
Jalan Lapangan Banteng Barat, Pasar Baru, Jakarta Pusat |
Luas |
52.790 m2 |
Tanaman Hias |
2.743 m2 |
Pohon Pelindung |
507 Pohon |
Fasilitas |
Lapangan Olahraga, plaza, arena bermain |
Jenis Vegetasi | Mahoni (Swietani mahagoni); Angsana (Pterocarpus Indictus); Salam; Asem (Tamarindus Indica); Kupu-kupu (Bauhinia) sp) |
Latitude Longitude |
-6.171274,106.8334791 |
Terletak di Jalan Lapangan Banteng Barat, Pasar Baru, Jakarta Pusat. Lapangan Banteng, yang pada jaman penjajahan Belanda disebut Waterlooplein, tidak seluas Lapangan (Medan) Merdeka yang dulu disebut Koningsplein dan sekarang menjadi Lapangan Monumen Nasional atau Monas, Jakarta Pusat.
Pada masa pemerintahan kolonial Belanda lapangan tersebut dikenal dengan sebutan Lapangan Singa, karena ditengahnya terpancang tugu peringatan kemenangan perang antara Waterloo, dengan patung singa di atasnya. Tugu tersebut dirobohkan pada jaman pemerintahan pendudukan tentara Jepang. Setelah Indonesia merdeka namanya diganti menjadi Lapangan Banteng. Rasanya memang lebih tepat, bukan saja karena singa mengingatkan kita pada lambang penjajah, tetapi juga tidak terdapat dalam dunia fauna kita. Sebaliknya, banteng merupakan lambang nasionalisme Indonesia. Disamping itu, besar kemungkinan pada jaman dahulu tempat yang kini menjadi lapangan itu dihuni oleh berbagai macam satwa liar seperti macan, kijang, dan banteng. Pada waktu Jp. Coen membangun kota Batavia di dekat muara Ciliwung, lapangan tersebut dan sekelilingnya masih berupa hutan belantara yang sebagian berpaya-paya (De Haan-1935:69).
Menurut catatan resmi, pada tahun 1632 kawasan tersebut menjadi milik Anthony Paviljoen Sr., dikenal dengan sebutan Paviljoensveld, atau lapangan Paviljoen Jr. Agaknya, pemilik kawasan itu lebih suka menyewakannya kepada orang-orang Cina, yang menanaminya dengan tebu dan sayur-mayur, sedangkan untuk dirinya sendiri ia hanya menyisakan hak untuk beternak sapi. Pemilik berikutnya adalah seorang anggota Dewan Hindia, Cornelis Chastelein, yang memberi nama Weltevreden, yang kurang lebih artinya "sungguh memuaskan", bagi kawasan tersebut. Setelah berganti-ganti pemilik, termasuk Justinus Vinck yang mula pertama membangun Pasar Senen, pada tahun 1767, tanah Weltevreden menjadi milik Gubernur Jenderal van der Parra. Pada awal abad ke-19 Weltevreden semakin berkembang. Di sekitarnya dibangun gedung-gedung, disamping sejumlah tangsi pasukan infanteri, juga berbagai kesenjataan lainnya yang tersebar sampai ke Taman Pejambon dan Taman Du Bus, di belakang kantor Departemen Keuangan sekarang. Pada pertengahan abad ke-19 Lapangan Banteng menjadi tempat berkumpulnya golongan elit Kota Batavia dan setiap sabtu sore sampai malam diperdengarkan musik militer.
Sekitar tahun 1980-an taman ini sempat dipergunakan sebagai terminal bus untuk rute dalam dan luar kota. Pada tahun 1993 fungsi Lapangan Banteng dikembalikan lagi sebagai ruang terbuka hijau kota. Taman Lapangan Banteng ditata secara bertahap dari tahun 2004 sebelum akhirnya disempurnakan pada 2007.
Kini taman ini dipergunakan untuk berbagai macam kegiatan salah satunya event tahunan Pameran Flora dan Fauna.
Taman Lapangan Banteng merupakan salah satu ruang terbuka hijau yang cukup besar di Jakarta, dan sebagai taman publik, oleh warga Jakarta, dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan seperti : olahraga, kegiatan eksibisi ruang luar (outdoor exibition) salah satunya even tahunan Pameran Flona ataupun tempat bermain. Taman Ini ditanami berbagai jenis tanaman dari mulai pohon peneduh, pengarah, penghias, berbagai jenis palem dan tanaman hias lainnya. Jenis pohon di taman ini diantaranya adalah Mahoni (Swietania Mahagoni), Angsana(Pterocarpus Indictus), Salam, Asem (Tamarindus Indica), Kupu-kupu (Bauhinia sp).
Pada taman ini selain terdapat elemen lunak berupa tanaman, juga terdapat elemen perkerasan berupa Tugu Pembebasan Irian Barat, plaza, kolam hias, sculpture, bangku taman, jalan setapak, pagar pembatas, bak tanaman, amphitheatre, lampu taman serta asesories taman lainnya. Kedua elemen saling berkolaborasi sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh, sehingga terlihat suatu keseimbangan yang harmonis.