Sahibul Hikayat

Posted April 18, 2018
Written by
Category Seni Pertunjukan

Salah satu jenis sastra lesan Betawi yang berasal dari Timur Tengah. Istilah sahibul hikayat berasal dari bahasa Arab, sohibul hikayat berarti "yang empunya cerita". Selanjutnya merupakan nama sejenis sastra lesan atau teater tutur yang dibawakan oleh tukang cerita (pencerita). Dalam permulaan cerita atau dalam adegan-adegan cerita baru, seringkali kita mendengar kata-kata bahasa Melayu Klasik. Cerita yang dibawakan disampaikan dalam bentuk prosa bahkan dengan beberapa bait pantun di sana-sini. Dalam cerita tidak ada adegan khusus atau tokoh jenaka tertentu, seperti dalam wayang, topeng, atau lenong. Namun hampir setiap kesempatan ada bagian dialog atau karakterisasi pelaku yang menggelikan. Sumber cerita yang dibawakan oleh sahibul hikayat, diantaranya dari kisah-kisah Persia seperti Seribu Satu Malam, Nurul Laila, dan Alfu Lail wal Lail.


Istilah sahibul hikayat muncul karena dalam membawakan cerita, juru hikayat sering mengucapkan kata-kata: "Menurut sahibul hikayat", atau "sahibul hikayat". Daerah penyebaran seni sahibul hikayat ini terutama di wilayah Jakarta Pusat (Salemba, Tanah Abang, Kebon Sirih, dan Kemayoran), di daerah tengah wilayah Betawi seperti di daerah antara Mampang Prapatan sampai Taman Sari.


Pembawa cerita Sahibul Hikayat biasa disebut Tukang Cerita atau Juru Cerita atau Juru Hikayat. Juru hikayat yang terkenal pada masa lalu, antara lain Haji Ja'far, Haji Ma'ruf kemudian Mohammad Zahid, yang terkenal dengan sebutan "Wak Jait". Pekerjaan sehari-hari Wak Jait sebagai tukang pangkas rambut di dekat Pasar Kambing Tanah Abang. Rumahnya di Kebon Pala, apabila bercerita di rumah yang empunya hajat Wak Jait selalu menggunakan kain pelekat, berbaju potongan sadariah, berpeci hitam.


Dalam membawakan hikayat, juru hikayat (si tukang cerita) mengambil posisi duduk bersila, ada yang sambil memangku bantal, sambil sesekali memukul gendang kecil yang diletakkan di sampingnya untuk memberikan aksentuasi (penekanan) pada jalan cerita yang dibawakannya. Dewasa ini sahibul hikayat digunakan pula sebagai sarana dakwah Islam. Ceritanya merupakan jalur besar yang sering menjadi panjang karena biasanya ditambah dengan bumbu cerita. Dalam cerita kadang diselipkan pula unsur humor di dalamnya. Tema pokok dalam sahibul hikayat adalah peperangan antara kejahatan melawan kebajikan dan selalu dimenangkan oleh kebajikan. Sampai zaman Mohammad Zaid yang meninggal, dalam usia 63 tahun, pada tahun 1963, cerita-cerita yang biasa dibawakan antara lain; Hasan Husin, Malakarma, Indra Sakti, Ahmad Muhammad, Sahrul Indra Laila Bangsawan, dll.


Sahibul hikayat adalah seorang pendongeng atau pembawa cerita yang dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang hafal atau mengetahui persis cerita yang dibawakan. Ia sering diundang dalam acara tertentu dengan mendapat bayaran. Pada zaman sebelum kemerdekaan, tukang cerita yang paling termasyur adalah Haji Ja'far dan Haji Ma'ruf. Biasanya cerita yang dibawakan berasal dari Hikayat 1001 Malam atau riwayat Hasan Husin serta sejenis hikayat lainnya.