Pancasila Sakti, Monumen

Posted April 18, 2018
Written by
Category Permuseuman

Monumen untuk mengenang Peristiwa Lubang Buaya dalam pengkhianatan Gerakan 30 September/PKI. Pada peristiwa ini gugur tujuh Pahlawan Revolusi setelah diculik dan dibunuh dengan kejam oleh orang PKI. Ketujuh Pahlawan Revolusi tersebut ialah Jenderal Ahmad Yani, Jenderal S. Parman, Jenderal Suprapto, Jenderal Sutoyo, Jenderal MT Haryono, Jenderal Panjaitan, dan Kapten P. Tendean. Ketujuhya diabadikan dalam bentuk patung yang berdiri pada sebuah alas yang berbentuk lengkung dengan relief yang menggambarkan peristiwa mulai prolog,kejadian serta epilog dan penumpasan G30S/PKI oleh ABRI dan rakyat. Secara garis besar monumen ini mempunyai ujud sebagai berikut: cungkup di atas sumur tempat para Pahlawan Revolusi dipendam pertama kali, Tugu yang merupakan batu peringatan terhadap Tujuh Pahlawan Revolusi serta relief rangkaian cerita peristiwa sekitar G30S/PKI, Lapangan upacara.

Perencana dan penanggungjawab pembangunan monumen ialah Saptono, tim pelaksana merupakan mahasiswa ASRI Jurusan Patung dipimpin Edhi Sunarso, dan pelaksana landasan adalah Zeni Angkatan Darat pimpinan Kolonel II, Kamaryani. Patung-patung Pahlawan Revolusi terbuat dari perunggu setinggi kurang lebih 2,50 m, relief dibuat setinggi 1,50 m sepanjang 20 m dengan bahan batu cor (artificial stone). Di tepi lubang sumur, di dalam cungkup, terdapat batu tulis berisi pernyataan tekad pejuang Pancasila yang berbunyi sebagai berikut: "Cita-cita perjuangan kami untuk rnenegakkan kemumian Pancasila tidak rnungkin dipatahkan hanya dengan rnengubur karni di dalam sumur ini, Lubang Buaya, 1 Oktober 1965." Tahun 1972 merupakan tahap akhir penyelesaian seluruh kompleks bangunan inti monumen. Kemudian nama monumen oleh Kasad dengan persetujuan Presiden Menhankam Pangab diresmikan sebagai "Monumen Pahlawan Revolusi dan Kesaktian Pancasila"; termasuk pula Gedung Sasmita Loka Pahlawan Revolusi Ahmad Yani sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan dari monumen ini.

Monumen ini terletak di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur dan dibangun dengan tujuan untuk mengenang gugurnya tujuh orang Pahlawan Revolusi serta sebagai pengingat kekejaman peristiwa G30S/PKI tahun 1965. Sebelumnya pada tahun 1960-an daerah ini merupakan kawasan perkebunan karet yang berbatasan dengan pangkalan udara Halim Perdanakusuma.

Komplek monumen seluas 9 ha ini terdiri dari bangunan cungkup di atas sumur tempat para Pahlawan Revolusi gugur, tugu peringatan terhadap tujuh Pahlawan Revolusi beserta relief rangkaian cerita peristiwa G30S/PKI, lapangan upacara, bekas rumah yang digunakan sebagai pusat komando pasukan penculik dan rumah tempat penyiksaan serta bangunan tambahan berupa museum yang berisi sejarah PKI di Indonesia.

Patung tujuh orang Pahlawan Revolusi tersebut dibuat oleh mahasiswa ASRI / STSRI jurusan patung yang dipimpin Edhi Sunarso dari bahan perunggu setinggi 2,50 m dan masing-masing seberat 800 kg. Untuk relief dibuat setinggi 1,50 m sepanjang 20 m dengan bahan batu cor. Pada tepi sumur maut terdapat batu yang bertuliskan “Cita-cita perjuangan kami untuk menegakkan kemurnian Pancasila tidak mungkin dipatahkan hanya dengan mengubur kami di dalam sumur ini.  Lubang Buaya, 1 Oktober 1965”