Menyerahkan Uang Penegor

Posted April 18, 2018
Written by
Category Nilai Budaya

Disebut juga Malam Negor. Malam setelah selesai acara pesta kebesaran ala Betawi di rumah si pengantin perempuan, si pengantin laki-laki diizinkan menginap di rumah keluarga pengantin perempuan. Selama tinggal serumah secara adat mereka belum boleh kumpul sebagaimana layaknya suami isteri, bahkan si pengantin perempuan harus tetap bertahan untuk tidak bertegur sapa dengan suaminya. Akan tetapi meskipun demikian di dalam kamar telah disediakan keperluan si suami seperti makanan, minuman dsb.

Agar isterinya mau berbicara atau tertawa, biasanya ia membuat lelucon ataupun berbuat apa saja yang bisa memancing tertawa dan jika dengan cara begini masih tidak berhasil juga maka ia akan memberikan uang kepada istrinya. Uang tersebut disebut "uang penegor", dan dimulai dari jumlah terkecil, yang terus-menerus ditambah sampai si istri mau bicara.

Sementara itu di luar bilik ramai orang "ngintip pengantin" sambil memberi semangat kepada si suami, misalnya dengan kata-kata: "Ayo, tambah lagi dong, segitu mana cukup ... " dsb. Sesudah uang penegor mencapai jumlah tertentu dan si istri mau tersenyum atau bicara, maka resmilah mereka sebagai suami-istri dan si suami pun menginaplah di sana sampai dua atau tiga malam. Sementara itu orang-orang di luar pun bubarlah dengan perasaan puas, karena mereka telah berhasil turut membereskan persoalan tersebut di atas. Bertahannya si istri pada malam negor itu dapat ditafsirkan sebagai ungkapan harga dirinya bahwa ia bukan perempuan gampangan, selain itu pada malam negor mereka bisa saling mengenal secara lebih mendalam.