Max Havelaar

Posted April 18, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

Nama tokoh utama dalam roman Max Havelaar of de Koffieveilingen der Nederlandsche Handelsmaatschapplj (1860), karya E Douwes Dekker dengan nama samaran Multatuli. Karya tersebut telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh H.B. Jassin. Max Havelaar ditulis Multatuli di sebuah losmen yang disewanya di Belgia. Ia dapat menyelesaikan naskahnya ini dalam waktu hanya sebulan dalam musim dingin tahun 1859. Pada tahun 1960, untuk pertama kalinya Max Havelaar terbit sebagai buku yang kemudian diakui sebagai karya sastra yang bernilai dan banyak diperbincangkan oleh para kritisi dunia kesusasteraan. Kini tulisan Multatuli ini telah diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa dan dibaca di berbagai negeri. Buku edisi bahasa Indonesia ini merupakan terjemahan langsung dari bahasa aslinya: bahasa Belanda.

Untuk pertama kalinya edisi bahasa Indonesia terbit pada tahun 1972 bertepatan dengan Tahun Buku Internasional dengan mendapatkan subsidi dari Pemerintah Belanda. Max Havelaar (sering disebut Havelaar) ialah tokoh utama dalam buku. Anak judulnya atau lelang kopi Maskapai Dagang Belanda erat hubungannya dengan apa yang hendak dibuktikan oleh Multatuli, yakni orang Jawa diperas: Di bawah Sistem Tanam Paksa penduduk harus menyediakan seperlima bagian tanahnya kepada Gubernemen. Di atas tanah-tanah perkebunan itu ditanam hasil-hasil bumi yang penting bagi pasaran Eropa, terutama kopi, selain teh dan gula. Untuk pekerjaan yang dilakukan oleh penduduk di kebun-kebun itu, harus dibayar apa yang disebut upah tanam, tapi uang itu biasanya tidak sampai ke tangan mereka. Berhadapan dengan 'alat perkakas penanam kopi yang disebut inlander' itu, yakni berhadapan dengan korban-korban sistem tanam kopi secara paksa itu, untuk kepentingan Belanda, antara lain terwujud dalam Maskapai Dagang Belanda, didirikan tahun 1824. Maskapai itu mengangkut hasil bumi kepunyaan Gubernemen (jadi juga kopi) ke negeri Belanda dan melelangnya di sana. Untuk itu ia boleh memperhitungkan ongkos angkut yang royal dan ongkos pelelangan yang tinggi. Hasilnya mendatangkan keuntungan bagi ekonomi Belanda.