Marzuki bin Lihin

Posted April 18, 2018
Written by
Category Seni Pertunjukan
serta peralatan lainnya yang dibuat secara
tradisional. Tahun 1939 ia sudah melayam
panggilan untuk bermain di kampung-kampung
bila ada keperluan hajatan bersama
ternan-ternan yang membantunya.
Tahun 1941 ia mendirikan sebuah group
topeng yang cukup populer hingga tahun
1945. Sekitar tahun 1948 ia mendirikan grup
lenong yang selama 4 tahun cukup populer.
Setelah menikah ia menghidupkan kembali
kesenian wayang kulitnya yang terhenti beberapa
tahun dan kemudian mendirikan
group wayang kulit "Gembira Jaya" dengan
peralatan yang ia beli sendiri. Wayang kulit
selain sebagai hiburanjuga untuk acara sakral
seperti ruwatan serta mengusir bala. Di
. usianya yang senja ia membimbing kedua
puteranya untuk menjadi dalang karena
mempunyai bakat yang menonjol di bidang
itu selain mengembangkan kesenian wayang
wong yang biasanya ia hadirkan sebagai paket
ekstra sebelum mendalang wayang kulit.
Wayang wong ini terdiri dari lima pemain
yang berperan sebagai Semar, Gareng,
Dewala, Cepot dan seorang Raksasa,

Seorang dalang wayang kulit Betawi. Lahir di Cakung, Jakarta tahun 1926. Selain itu ia juga sebagai dalang wayang wong dan topeng. Ia menempuh pendidikan kelas II SR di Cakung. Sejak kecil ia telah memiliki kegemaran nonton pertunjukan wayang kulit di sekitar kampungnya sampai usai, menggambar duplikat gambar wayang dari kardus, dll nya yang ada hubungannya dengan wayang. Saat usia 13 tahun mulai belajar mendalang pada pamannya Mursyid, seorang dalang cukup terkenal.

Perkembangan selanjutnya ia pun mulai ditanggap oleh tetangganya walau hanya mulai jam 08.00 sampai jam 12.00 saja. Ia kemudian membuat peralatan yang diperlukan dengan sederhana karena keterbatasan ekonomi. Gambang dari kayu waru, kendang dari bambu, gong dari botol besar yang ditiup, wayang dari kardus yang berjumlah ± 30 buah serta peralatan lainnya yang dibuat secara tradisional. Tahun 1939 ia sudah melayani panggilan untuk bermain di kampung-kampung bila ada keperluan hajatan bersama teman-teman yang membantunya.

Tahun 1941 ia mendirikan sebuah group topeng yang cukup populer hingga tahun 1945. Sekitar tahun 1948 ia mendirikan grup lenong yang selama 4 tahun cukup populer. Setelah menikah ia menghidupkan kembali kesenian wayang kulitnya yang terhenti beberapa tahun dan kemudian mendirikan group wayang kulit "Gembira Jaya" dengan peralatan yang ia beli sendiri. Wayang kulit selain sebagai hiburan juga untuk acara sakral seperti ruwatan serta mengusir bala. Di usianya yang senja ia membimbing kedua puteranya untuk menjadi dalang karena mempunyai bakat yang menonjol di bidang itu selain mengembangkan kesenian wayang wong yang biasanya ia hadirkan sebagai paket ekstra sebelum mendalang wayang kulit. Wayang wong ini terdiri dari lima pemain yang berperan sebagai Semar, Gareng, Dewala, Cepot dan seorang Raksasa, dengan materi yang lebih bersifat sosial kemasyarakatan. Tahun 1983 ia mendirikan group wayang wong Betawi dengan nama "Sekar Jaya" yang terdiri dari 18 orang Pemain Wayang Wong dan 12 orang sebagai Nayaga, Sinden dan pengurus perabot wayang.

Penghargaan yang diberikan kepadanya, sebagai pemenang ke II dalam festival dalang wayang kulit Betawi tahun 1978, Piagam penghargaan dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta. Piagam penghargaan dari Panitia Pekan Kesenian Betawi tahun 1986.