Maryono

Posted April 18, 2018
Written by
Category Seni Musik

Musisi jazz, lahir di Yogyakarta, 9 September 1937. Belajar meniup klarinet sejak berusia muda. Gurunya adalah Boehm Garner, bangsa Swiss, yang mengajar di sekolah musik Yogyakarta. Garner adalah orang yang amat fanatik. Dia melarang Maryono memainkan musik selain musik klasik. Ia sering diajak ayahnya menonton konser musik. Sang ayah, yang dikenal sebagai pemain saksofon klasik, juga memainkan musik hiburan untuk mengiringi dansa. Oleh ayahnya, Maryono diperkenalkan pada musik jazz. Suatu hari, teman Maryono yang bekerja sebagai manajer food and beverage (F & B) sebuah hotel di Yogyakarta mengajaknya tampil dalam sebuah pertunjukan. Maryono tidak menolak.  Bersama Idris Sardi (pemain biola), dia naik ke panggung.

Ketika berumur 15 tahun, melalui koneksi ayahnya, ia memperoleh pekerjaan di Korps Musik Angkatan Laut Surabaya sebagai pemain klarinet. Di situlah Maryono bertemu dengan Jack Lesmana dan Bubi Chen. Kelompok musik ini, selain bermain untuk upacara resmi Angkatan Laut, juga mengisi acara pesta dan mengiringi dansa. Di luar grup itu, Maryono bermain secara freelance dengan beberapa pemusik Surabaya, misalnya dengan tiga bersaudara Teddy, Jopie, dan Bubi Chen. Kemudian, bersama Jack Lesmana membentuk Big Band, dan di grup ini Maryono memainkan saksofon, klarinet, atau bass. Salah satu gaya permainan Maryono yang menjadikan namanya cukup terkenal adalah kemampuannya memainkan klarinet yang dicopot-copot bagian per bagian hingga tinggal sepotong bagian terakhir, yang ternyata masih dapat dibunyikan. Jadi, kalau Idris mendapat julukan si biola maut, maka klarinet maut adalah Maryono.

Ikut serta dalam misi kesenian Indonesia keliling Asia. Kemudian, pada 1966, Maryono bergabung dengan Indonesian All Stars, yang dibentuk oleh Suyoso Karsono (MasYos), Komodor Udara yang Juga pemllik studio rekaman Irama dan Radio El Shinta. Selain Maryono, yang memainkan klarinet dan saksofon, anggota Indonesian All Stars adalah Jopie Chen (bas), Bubi Chen (piano), Jack Lesmana (trombon), Benny Mustapha (drums), dan Kiboud Maulana (gitar). Setelah setahun berlatih secara spartan, Indonesia All Stars berangkat ke Jerman untuk berpartisipasi dalam Berlin Jazz Festival 1967. Pada waktu itu pula Indonesian All Stars membuat rekaman berjudul Djanger Bali. Mengiringi Tony Scott, klarinetis dari Amerika Serikat. Album tersebut tidak beredar di Indonesia, para kolektor piringan hitam Indonesia membeli di Amerika Serikat. Pada 1968, sepulang dari Berlin.

Pada 1970, Maryono diajak bergabung oleh Mus Mualim dengan grup Indonesia VI, untuk tampil dalam Expo 1970 di Osaka, Jepang, bersama Sdikin Zuchra, Idris Sardi, Benny Mustapha, Tjok Sinsoe, dan Mus Mualim. Pada 1972, Maryono kembali ke Surabaya, dan mendirikan band Maryono and His Boys. Kelompok ini bermain di klub LCC dan Diamond Amusement Centre, pengusaha ternama di Surabaya. Setelah berkiprah 13 tahun, Maryono and His Boys bubar. Maryono kemudian sempat menjadi bintang tamu pada kelompok band Srimulat. Lalu, dia pindah ke Jakarta, bermain secara freelance. Terakhir, bergabung dengan Ireng Maulana All Stars.