La Rose

Posted April 18, 2018
Written by
Category Sastra & Bahasa

Kolumnis, novelis, pelukis, dan penyiar. Lahir sebagai Jenny Marcelina Laloan di Pekalongan, Jawa Tengah, 22 Desember 1932. Ayahnya, seorang pendeta, berasal dari Manado, Sulawesi Utara bernama Gerson Laloan. Sang ibu yang berdarah Portugis bernama Souline. Semenjak kecil sudah rajin membuat catatan-catatan harian, juga kutu buku yang akut. Menikah di Hongkong dengan Haji Ario Damar Sosrodanukusumo pada 1965.

La Rose adalah gabungan dari La yang diambilnya dari nama keluarganya, Laloan, sedangkan Rose diambilnya karena terinspirasi pada satu kisah dalam buku Sang Nabi karya Kahlil Gibran. Dikisahkan Bunga Violet tumbuh tidak bisa tinggi, sedangkan Rose tumbuh menjulang membuatnya iri. Kemudian ada suatu keajaiban si Violet bisa berubah menjadi Rose, walaupun lima menit kemudian hangus disambar petir. Teman-temannya menyayangkan kejadian itu, andai saja dia tak menjadi Rose, pasti dia masih hidup sehat. "Tidak apa", kata sang violet yang telah berubah menjadi Rose dan hangus, "walau cuma sekejap, tapi aku bisa memandang dunia dengan mata yang lain. Bukan hanya terus memandang dari tubuhku yang rendah terus-terusan. Dunia ternyata indah." Sebagai bunga mungkin hanya bisa hidup sekejap, tetapi sebagai Rose dia bisa abadi, itulah mengapa dia memilih nama Rose.

Dia tidak pernah secara formal belajar menulis, tulisan-tulisannya selalu dekat dengan masalah kehidupan sehari-hari dan sangat realistik dalam menggambarkan kehidupan manusia. Tulisan pertamanya yang berjudul Sehari Dalam Kehidupan seorang Istri dimuat pada majalah Varia. Kemudian dia aktif menulis di Koran dan majalah. Antara lain Varia, Star Weekly, Kompas, Sinar harapan, dll. Tulisannya yang berjudul Keliling Dunia bersama La Rose pada majalah Selecta pada 1976 membuatnya semakin menjadi sumber pembicaraan. Novel Pertamanya, terbit pada 1975, yang berjudul Wajah-Wajah Cinta cukup mendapat respon pembaca, Semula novel ini berupa cerita bersambung yang dimuat pada Majalah Kartini. Dia telah menghasilkan lebih dari 50-an novel, dan beberapa diantaranya pernah difilmkan, seperti Takdir Marina dan Benang-benang kusut, Karya-karyanya pun pernah diterbitkan dalam berbagai bahasa Jepang dan Malaysia, misalnya Lingkaran Cinta. Karya nonfiksinya lebih dari 20 buah. Bukunya, Pribadi Mempesona laku keras pada 1987, kemudian diterbitkan di Malaysia, singapura, Jepang dan Inggris.

Dunia sastra Indonesia menyebur karyanya sebagai sastra pop. Dia sendiri tidak tahu, apakah karyanya berbentuk pop atau klasik. Baginya menulis itu memberi semangat bagi pembaca untuk bangkit dari hidup yang malas dan frustasi. Walaupun begitu, HB Jassin tetap memberi credite point bagi novelnya. Menurutnya, yang mencoba untuk memperlihatkan sisi pembangunan yang lain, mencoba melihat manusia sekarang dalam konteks yang lebih makro justru malah ada pada novel pop La Rose, Ditelan Kenyataan.

Selain menulis dia juga aktif melukis, bahkan dikatakannya aktifitas melukis yang pertama dia tekuni sebelum dia menulis. Beberapa pameran telah dilakoninya. Dia juga aktif sebagai penyiar sekaligus Direktur Radio Nusantara jaya yang kemudian menjadi Radio Ros. Banyak penghargaan diterimanya. Dia pernah mendapat pengohargaan dari menteri sosial selain pengohargaan khusus sastra. Pada 1988 dia menerima penghargaan Kalpataru sebagai Perintis Lingkungan hidup dari Gubernur DKI Jakarta.