Adam Malik, Museum

Posted April 18, 2018
Written by
Category Permuseuman

Terletak di Jalan Diponegoro No.29 Jakarta Pusat 10310. Diresmikan tanggal 5 September 1985 (satu tahun setelah Adam Malik wafat) oleh Ibu Tien Soeharto. Mulanya merupakan tempat tinggal Mantan Wakil Presiden RI Adam Malik. Dalam rumah yang kini telah dijadikan museum ini tersimpan berbagai benda bersejarah, terdiri dari 13 jenis koleksi yaitu lukisan, ikon Rusia, lukisan Cina, keramik, buku-buku, senjata tradisional, patung batu dan perunggu, ukiran kayu, batu permata, emas, tekstil, kristal, dan alat fotografi. Museum Adam Malik merupakan museum pertama di Indonesia yang menampilkan benda-benda peninggalan dan koleksi dari mantan Presiden maupun Wakil Presiden RI.

Memasuki museum ini, kita akan menemukan deretan area yang berasal dari abad VIII-XIV yang diletakkan di beranda. Beberapa koleksi yang penting antara lain sekelompok patung nenek moyang gaya prasejarah, area Budha Asobya, Lingga dan Dewi Durga yang semuanya berasal dari abad ke-9. Patung Ganesha, Dewa Siwa, Bhima yang berasal dari abad ke-14. Selain itu terdapat prasasti bertuliskan huruf Pallawa yang berasal dari pertengahan abad ke-8. Isinya mengenai kisah raja Sangkara yang meninggalkan agamanya menjadi penganut agama Budha karena gurunya tidak dapat menyembuhkan penyakit ayahnya. Beberapa koleksi yang menarik antara lain kayu si gale-gale yaitu patung yang biasa digunakan dalam upacara Papurpur Sapata yang diadakan khusus bila almarhum tidak memiliki anak lelaki. Terdapat pula patung-patung nenek moyang sebagai penolak bala yang berasal dari Kalimantan dan Nias. Patung kayu berupa tambur dan patung nenek moyang bersusun dari suku Asmat di Irian Jaya dan ukiran garuda dari Bali sangat khas juga melengkapi koleksi museum tersebut. Koleksi lukisannya mencapai 500 buah lukisan Indonesia dan 200 buah lukisan Cina, tetapi hanya sekitar 80 buah yang dipamerkan dalam ruangan disusun dengan sistem rolling.

Di dalam bangunan utama, yaitu ruang tengah yang sebelumnya digunakan untuk menerima tamu-tamu kenegaraan, terdapat seperangkat kursi gaya Eropa dan lemari Cina, seekor harimau yang sudah diawetkan serta dilengkapi pula dengan tiga buah lonceng antik. Ruangan ini juga di isi dengan keramik yang berasal dari abad XIX-XX yaitu Sepasang vas merah besar hasil karya Hsiao Fang Tsai perajin dari Taiwan. Di dalam ruang kerjanya diisi dengan koleksi tanda jasa yang pernah beliau peroleh, disini juga terdapat senjata berburu, senjata tradisional, tongkat, arloji, peniti kemeja, perangko, korek api, kopor dan kalkulator. Ada pula koleksi bendera kecil-kecil dari beberapa negara, kenang-kenangan ketika Adam Malik menjabat sebagai Ketua Sidang Umum PBB. Di ruang kerja ini juga terdapat beberapa buku kuno batak, semacam primbon yang dinamakan Laklak.

Selain itu terdapat beberapa tulisan tangan serta ketik yang dahulu sering digunakan ketika masih berprofesi sebagai wartawan. Dalam ruang Gading dan Perunggu dapat dijumpai ukiran gading dari Cina berbentuk keranjang buah buatan abad XIX. Adapula gading berasal dari Thailand dan Afrika. Untuk gading Indonesia berupa gading berukiran Bali dan beberapa gelang tua. Koleksi keramik sebagian besar disimpan di dalam ruang khusus. Di ruangan yang dulu berfungsi sebagai ruang keluarga ini dipamerkan benda-benda keramik dari Cina, Jepang, Vietnam, Thailand, Birma, Eropa dan Indonesia. Di antara koleksinya terdapat keramik Cina dari Dinasti Qing abad XVII-XVIII, keramik Cina Pohon Lo dari Dinasti Qing abad XVIII-XIX, dan keramik Cina lainnya dari abad XIX-XX. Koleksi keramik museum ini tersebut berjumlah sekitar 1.500 buah.

 

Kurator resmi yang ditunjuk untuk Museum Adam Malik adalah Sumarah Adhyatman. Seluruh koleksi Museum Adam Malik ttelah didokumentasikan dalam bentuk buku-buku, yakni Lukisan-lukisan Koleksi Adam Malik Wakil Presiden RI (1978, Koleki Keramik Adam Malik (1980), Koleksi Lukisan Ikon Adam Malik (1982) dan Koleksi Lukisan Cina Adam Malik (1983).

Harga tiket masuk Museum Adam Malik adalah Rp 1000,- (dewasa) dan Rp 500,- (anak-anak). Sayangnya museum ini harus tutup pada tahun 2000-an karena tingginya biaya operasional dan ironisnya sebagian besar koleksinya kemudian dijual secara terpisah, sementara sebagian sisanya disimpan oleh pihak keluarga Adam Malik. Bangunan rumah Adam Malik sendiri kemudian dijual dan dibeli oleh pengusaha Hary Tanoesoedibjo dan kini difungsikan sebagai kantor pusat Partai Perindo.

Source : Brosur resmi Museum Adam Malik (koleksi pribadi)