Thomas Karsten

Posted April 18, 2018
Written by

Arsitek lulusan Technische Hoogeschool di Delft. Masuk ke universitas tersebut pada 1904 dua tahun setelah Maclaine Pont. Karsten kemudian menjadi teman sekerja Maclaine Pont di Semarang. Lahir 1884 dari keluarga yang terdidik di Amsterdam, ayahnya seorang profesor dalam ilmu filsafat dan wakil ketua Chancellor di Universitas Amsterdam. Di Delft ia aktif dan progresif dalam perkumpulan mahasiswa sosial demokraris. Pada tahun pertama setelah masuk universitas, ia menjadi anggota STV atau Social Technische Vereeniging van Democratische Ingenieurs en Architecten, sebuah kelompok mahasiswa teknik arsitektur berhaluan demokrasi. Tahun 1908 ia menjadi anggota pengurus bagian perumahan dari organisasi yang memegang peranan penting dalam masalah perumahan dan perencanaan kota.

Waktu itu pada jurusan Arsitektur di Delft, tidak terlalu banyak memberikan perhatian dalam studi masalah perumahan maupun perencanaan kota. Dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa keberhasilan Thomas Karsten dalam perencanaan perumahan dan pengembangan kota di Indonesia adalah hasil dari pengalaman selama aktif diorganisasi. Sebagai akibat revolusi industri, keadaan perumahan terutama kaum buruh di berbagai negara Eropa sangat buruk sehingga menjadi permasalahan pemerintah dan para perencana. Diadakan proyek-proyek perbaikan perumahan dan pengembangan kota, antara lain di Inggris timbul gerakan Garden City atau Kota Taman. Gerakan ini mendapat banyak perhatian dan diterapkan di negara-negara Eropa lainnya seperti misalnya di Jerman. Dalam Kongres Perumahan Internasional tahun 1913, di Scheveningen Belanda, H.E Tellima menguraikan buruknya kondisi perumahan terutama dalam sistem penghawaan dan pencahayaan di Indonesia. Kondisi seperti itu dikemukakan dengan mengetengahkan kasus kampung-kampung di Semarang. Pengalamannya dalam organisasi termasuk kunjungannya di Berlin (sebuah kota yang sangat maju dalam perencanaan kota dan perumahan) berpengaruh besar pada karya-karyanya di Indonesia.

Pada akhir 1914 Thomas Karsten meninggalkan Belanda, berangkat ke Indonesia atas undangan bekas teman kuliahnya Maclaine Pont. Satu tahun kemudian, Maclaine Pont kembali ke Belanda karena kesehatannya dan Karsten membeli biro tersebut. Di sinilah pertama kali Karsten memulai bekerja sebagai arsitek dan tahun-tahun berikutnya banyak terlibat dalam perencanaan perumahan dan pertokoan. Ia telah mengembangkan kota-kota modern di Indonesia, seperti Bandung, Semarang, Malang, dan Palembang. Thomas Karsten memberikan kontribusi pembangunan kota yang cukup berarti bagi Jakarta diantaranya memberikan sumbang pada pemikiran pembangunan pemukiman modern di Jakarta Pasca Kemerdekaan, yaitu kota satelit Kebayoran Baru.