Sala Buntut, Permainan

Posted April 18, 2018
Written by

Permainan anak laki-laki Betawi di luar rumah, dimainkan anak-anak berusia 7-13. Dalam permainan ini diperlukan ketrampilan dan strategi, juga kejujuran bagi setiap peserta. Peralatan utama yang harus ada biji-biji melinjo yang belum dikupas kulitnya. Untuk bermain sala buntut, hampir sama seperti judi karena setiap pemain harus menyediakan modal masing-masing dalam bentuk biji-biji melinjo. Tempat, biasanya bidang tanah yang rata bisa di kebun atau halaman rumah dikampung, yang bentuknya hanya dua garis sejajar yang satu sama lain berjarak sekitar 3 meter. Satu garis lagi adalah tempat biji-biji melinjo yang jadi sasaran lempar, diatur berderet satu baris sepanjang garis itu, jumlahnya tidak pasti tergantung perjanjian atau aturan yang dibuat bersama antara para pemain harus meletakkan beberapa taruhan yang telah ditetapkan sepuluh biji melinjo ditempat itu. Deretan melinjo itu bila diurutkan dari kiri ke kanan, ujung yang paling kiri disebut kepala dan ujung yang paling kanan disebut ekor atau buntut.

 

Setelah deretan biji melinjo yang satu sama lain berjarak 3·4 meter sudah tersusun rapi, maka setiap pemain harus menyiapkan gacoan sendiri-sendiri, yakni biji melinjo, yang dianggap pilihan, yang akan dipakai untuk melempar sasaran berupa deretan biji tersebut di atas. Berdiri di garis pidian setiap peserta akan melempar gacoan tapi tidak diarahkan pada sasaran dengan maksud sedemikian rupa sehingga yang justru gacoan yang paling dekat jaraknya dari deretan melinjo akan mendapatkan giliran lebih dahulu dari pada yang lebih jauh. Demikian berturut dilakukan oleh setiap pemain, sehingga akan diperoleh urutan giliran melempar sasaran dari yang paling dahulu sampai yang paling penghabisan.

 

Bila seorang pemain dalam gilirannya, untuk lemparan pertama bisa mengenai salah satu biji di garis deretan maka bisa meneruskan permainan. Demikian pula bila masih bisa mengenai lagi dan seterusnya sampai bidikan tak mengenai sasaran (tapi jarang sampai lebih dari 3 kali karena memang cukup sulit, bahkan tak jarang meleset pada lemparan pertama). Akan tetapi bidikan yang kedua atau seterusnya itu tidak lagi dilakukan dengan cara melempar (dengan lengan) tapi menyentil gacoan dengan jari saja. Dengan tak mengenanya bidikan akhir maka permainan digantikan oleh pemegang giliran berikutnya dan seterusnya. Dalam pada itu, setiap bidikan yang tidak mengenai sasaran akan diikuti dengan dibiarkannya gacoan yang melenting lewat sasaran tadi ditempatnya berhenti. Baru setelah langkah ini, giliran berikut menyusul dengan cara yang sama dengan yang pertama. Apabila bidikan sentilan ini tidak mengenai sasaran maka, seperti apa yang telah dilakukan oleh giliran-giliran terdahulu, sampai akhirnya tiba pada giliran yang penghabisan mengalami hal yang sama.