Museum Seni Rupa dan Keramik

Posted April 18, 2018
Written by
Category Seni Rupa

Museum Seni Rupa dan Keramik menempati sebuah bangunan tua yang didirikan pada 1870. Awalnya gedung ini dibangun untuk Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Casteel Batavia (Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia). Tahun 1944 digunakan oleh tentara KNIL, dan selanjutnya oleh TNI. Pada 1973-1976 dimanfaatkan sebagai Kantor Wali Kota Jakarta Barat, dan pernah juga dimanfaatkan oleh Pemda DKI Jakarta sebagai kantor Dinas Museum dan Sejarah. Tahun 1976 bangunan tua ini diresmikan sebagai Balai Seni Rupa Jakarta dan pada 1990 menjadi Museum Seni Rupa dan Keramik.

Sejarah

Gedung yang dibangun pada 12 Januari 1870 itu awalnya digunakan oleh Pemerintah Hindia-Belanda untuk Kantor Dewan Kehakiman pada Benteng Batavia (Ordinaris Raad van Justitie Binnen Het Kasteel Batavia). Saat pendudukan Jepang dan perjuangan kemerdekaan sekitar tahun 1944, tempat itu dimanfaatkan oleh tentara KNIL dan selanjutnya untuk asrama militer TNI.

Pada 10 Januari 1972, gedung dengan delapan tiang besar di bagian depan itu dijadikan bangunan bersejarah serta cagar budaya yang dilindungi. Lalu pada tahun 1973-1976, gedung tersebut digunakan untuk Kantor Walikota Jakarta Barat dan baru setelah itu diresmikan oleh Presiden (saat itu) Soeharto sebagai Balai Seni Rupa Jakarta.
Pada 1990 bangunan itu akhirnya digunakan sebagai Museum Seni Rupa dan Keramik yang dirawat oleh Dinas Kebudayaan dan Permuseuman DKI Jakarta.

Museum tempat menyimpan koleksi lukisan dan keramik dari para seniman, berlokasi di Jl. Taman Fatahillah No.2, Jakarta Barat. Dalam Museum Seni Rupa dipamerkan aneka macam karya-karya seni lukis dari berbagai aliran mulai karya Raden Saleh hingga karya lukisan abstrak mutakhir. Sedangkan Museum Keramik memamerkan berbagai macam koleksi keramik baik keramik lokal maupun keramik asing. Secara keseluruhan didalamnya terdapat koleksi lukisan sebanyak 350 buah dan keramik 1.350 buah, yang ditangani oleh kurator.

Museum ini pada mulanya adalah gedung Raad van Justitie (Dewan Kehakiman pada masa pemerintahan Belanda) berdiri pada tanggal 21 Januari 1870. Dewan Kehakiman atau Raad van Justitie sendiri didirikan pada tahun 1620 yang berkantor di gedung Stadhuis. Tugas dewan ini adalah menyelesaikan masalah hukuman yang telah diputuskan oleh Collegie van Schepenen (Dewan Pemulihan Keamanan). Apabila hukuman ini dirasakan melampaui batas, terdakwa boleh mengajukan keberatannya kepada Dewan Kehakiman.

Pada masa pendudukan Jepang, fungsi gedung Dewan Kehakiman menjadi asrama tentara dan tempat perbekalan. Keadaan ini berlangsung sampai Belanda menguasai Indonesia kembali dari tangan Jepang. Rupanya keadaan gedung Dewan Kehakiman yang telah dirubah fungsinya oleh Jepang ini, oleh Belandapun tidak berusaha dikembalikan ke fungsi asal. Mereka hanya melanjutkannya, bahkan ditambah dengan kegiatan poliklinik untuk melayani personil dan keluarga tentara. Tempat lain yang menunjang sebagai gudang atau tempat penyimpanan kendaraan, senjata dan peralatan lain terdapat di Jl. Tongkol dan Jl. Cengkeh.

Pada tahun 1950-1962, daerah ini dijadikan daerah tertutup (Ring Bewaking) antara pukul 18.00-06.00 WIB untuk umum karena di lokasi tersebut tersimpan peralatan tentara yang sangat vital, meliputi: Stasiun Beos, sebelah Barat Jl. Pakin dekat Museum Bahari, Ancol, RE Martadinata dan Gunung Sahari. Mulai tahun 1962 sebagian tentara yang mendiami gedung tersebut pindah ke tempat lain. Akhirnya pada pertengahan tahun 19671973 gedung ini digunakan sebagai kantor Walikota Jakarta Barat. Awal tahun 1974 dilaksanakan pemugaran terhadap gedung tersebut, dan digunakan sebagai Kantor Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Dinas ini bertugas menggali, memugar dan melindungi benda-benda bersejarah, benda purbaka serta naskah-naskah.

Tanggal 20 Agustus 1976, Presiden Suharto meresmikannya menjadi Balai Seni Rupa Jakarta. Sedangkan Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta harus berkumpul dengan dinas-dinas lain di Kompleks Gubernuran Merdeka Selatan 8-9 Kompleks Balai Kota. Sejak itu Balai Seni Rupa mulai menampakkan kegiatannya, dinding-dinding ruangan mulai dipenuhi dengan lukisan-lukisan yang bermutu. Ruangan kiri dan kanan di bagian depan digunakan untuk Museum Keramik Jakarta yang diresmikan Gubernur Ali Sadikin tanggal 10 Juli 1977. Sehingga dalam gedung tersebut terdapat dua museum, yaitu Museum Seni Rupa dan Museum Keramik, keduanya di bawah tanggung jawab Dinas Museum dan Sejarah DKI Jakarta. Di Seni Rupa, yang dipamerkan adalah lukisan-lukisan dan patung. Museum Seni Rupa dan Keramik secara rutin menampilkan pameran tetap, baik itu lukisan ataupun beraneka macam keramik asing dan lokal. Kegiatan lain yang rutin dilakukan adalah pameran temporer serta ceramah-ceramah dan perlombaan melukis yang setiap tahun diadakan.

Arsitektur bangunan Museum Seni Rupa masih tampak jelas bentuk dan bangunannya yang anggun bergaya Eropa yang disebut bentuk atrium. Bentuk ini mempunyai bangunan induk yang dilengkapi dengan dua buah bangunan sayap serta dipisahkan dua halaman yang luas. Di belakang terdapat koridor yang menghubungkan sayap kiri dan kanan. Bagian depan merupakan pintu masuk ke Museum Seni Rupa sebagai tiruan gaya bangunan Yunani yang berasal dari pertengahan abad ke-5 SM. Terlihat jelas tiang-tiang penyangga yang kokoh dan besar-besar. Gedung museum Seni Rupa dan Keramik dirancang oleh Jhr. W H.F.H. Raders seorang arsitek yang tergabung dalam Koninklijk Instituut van Ingenieurs (Institut Insinyur).



Pameran


Museum ini menyajikan koleksi dari hasil karya seniman-seniman Indonesia sejak kurun waktu 1800-an hingga saat sekarang.

Koleksi Seni Lukis Indonesia dibagi menjadi beberapa ruangan berdasarkan periodisasi yaitu:
•    Ruang Masa Raden Saleh (karya-karya periode 1880 - 1890)
•    Ruang Masa Hindia Jelita (karya-karya periode 1920-an)
•    Ruang Persagi (karya-karya periode 1930-an)
•    Ruang Masa Pendudukan Jepang (karya-karya periode 1942 - 1945)
•    Ruang Pendirian Sanggar (karya-karya periode 1945 - 1950)
•    Ruang Sekitar Kelahiran Akademis Realisme (karya-karya periode 1950-an)
•    Ruang Seni Rupa Baru Indonesia (karya-karya periode 1960 - sekarang)

Untuk Koleksi seni rupa menampilkan patung-patung seperti Totem Asmat dan lain-lain.
Sedangkan koleksi keramik menampilkan keramik dari beberapa daerah Indonesia dan seni kreatif kontemporer. Selain itu ada juga koleksi keramik dari mancanegara seperti keramik dari Tiongkok, Thailand, Vietnam, Jepang dan Eropa dari abad 16 sampai dengan awal abad 20.

ALAMAT

Jalan Pos Kota No. 2 Jakarta Barat
Telepon: 021.6907062
Faks: 021.6926091

JAM KUNJUNG

Selasa s.d Kamis : 09.00 – 15.00
Jumat                : 09.00 – 14.30
Sabtu                : 09.00 – 12.30
Minggu              : 09.00 – 15.00
Tutup pada Senin & Hari libur nasional

KARCIS MASUK

Dewasa                        : Rp 3000/orang
Rombongan dewasa      : Rp 1500/orang
Mahasiswa                   : Rp 1000/orang
Rombongan mahasiswa : Rp 750/orang
Anak-anak/pelajar        : Rp 650/orang
Rombongan anak-anak/pelajar    : Rp 500/orang

Sumber:
www.wikipedia.org
www.museumku.wordpress.com