Indonesische Studieclub (lSC)

Posted April 18, 2018
Written by

Pada awalnya merupakan sebuah perkumpulan kaum terpelajar yang bekerja di Surabaya saja, kemudian mempunyai pengaruh cukup luas. Satu tahun setelah berdiri, mengadakan Interinsulaire Vag atau Hari Nusantara di Surabaya, yang merupakan pertemuan besar antara berbagai suku bangsa, seperti Jawa, Madura, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dll. Tujuan utamanya adalah menyebarluaskan prinsip-prinsip persatuan dan solidaritas Indonesia. Dr. Sutomo adalah perintis Indonesische Studie Club. Rapat pembentukan organisasi ini diadakan di rumah RM Hariyo Suroyo di Jl. Sudirman No 35 Jakarta, yang dihadiri oleh sekitar 25 orang cendekiawan, antara lain Sunaryo, Sunyoto, Mr. Kusnun, dr. Saleh, serta beberapa orang Belanda, ternyata organisasi ini tampak begitu Jawa Sentris bagi Sutomo, maka untuk mempertegas idenya tentang Indonesische Vereniging, pada 1925 Sutomo keluar dari Budi Utomo.

Indonesische Studiedub mempunyai misi untuk mendorong kaum terpelajar di kalangan orang-orang pribumi supaya memupuk kesadaran hidup bermasyarakat, pengetahuan politik, mendiskusikan masalah-masalah nasional dan sosial, serta bekerja sama untuk membangun Indonesia. Kelompok studi ini merupakan usaha nyata bekas anggota-anggota Perhimpunan Indonesia (PI) yang kembali ke tanah air untuk merealisasikan ide-ide mereka tentang pembangunan Indonesia, yang telah terbentuk dan berkembang ketika mereka masih aktif dalam organisasi PI di Negeri Belanda. Terbentuknya Indonesische Studiedub ini merangsang dibentuknya kelompok-kelompok studi di tempat lain, seperti di Bandung, Yogyakarta, Jakarta, Semarang, dan Solo. Selain ISC, kelompok studi yang paling aktif adalah Algemene Studiclub di Bandung.

Di bidang penerbitan, ISC menerbitkan sebuah majalah yang bernama Sulah Indonesia. Majalah ini kemudian disatukan dengan majalah Algemene Sudieclab di Bandung dengan nama Sulah Indonesia Muda. Pada saat ISC mempropagandakan persatuan Indonesia, kehidupan rakyat Indonesia sedang sangat tertekan. Politik penghematan yang diterapkan oleh pemerintah Hindia Belanda sejak tahun 1920-an ternyata mempunyai pengaruh buruk terhadap kehidupan masyarakat. Dalam situasi seperti ini Indonesische Studieclub juga melakukan kegiatan sosial-ekonomi yang bertujuan untuk meringankan penderitaan rakyat.

Asrama-asrama pelajar didirikan, Vrouwenhuis (Wisma Wanita) juga didirikan guna menampung wanita-wanita tuna susila untuk diberi ketrampilan sebagai bekal mencari nafkah yang halal. Sekolah pertenunan diselenggarakan. Selain itu, pada bulan Maret 1926 Bank Bumiputra didirikan. Karena keberhasilan bank ini, pada kongres PPPKl (federasi organisasi pergerakan tempat ISC juga ikut bergabung) bulan September 1928, Bank Bumiputra kemudian diubah menjadi Bank Nasional Indonesia. ISC merintis pula berdirinya koperasi, baik koperasi konsumsi maupun koperasi produksi. Atas usaha organisasi ini, koperasi-koperasi kecil yang ada dihimpun dalam Persatuan Koperasi Indonesia (pCI).

Pada tanggal 16 Oktober 1930, ISC mengadakan reorganisasi, dan mengubah namanya menjadi Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Latar belakang reorganisasi ini adalah tekanan yang makin kuat dari pihak pemerintah Hindia Belanda terhadap organisasi-organisasi non-kooperatif dan kesadaran akan kebangsaan semakin kuat. Anggaran dasar organisasi diubah, sehingga anggota organisasi tidak lagi terbatas pada kaum terpelajar, tetapi juga kepada masyarakat umum. Dalam anggaran dasar dicanturnkan pula bahwa PBI bertujuan mencapai kebahagiaan yang sempurna bagi tanah air dan rakyat Indonesia atas dasar nasionalisme Indonesia. PBI berpendapat rakyat Indonesia telah sadar akan kedudukanya dan mempunyai hasrat kuat memperbaiki kedudukanya. Program kerja PBI sendiri menekankan pemberian perlindungan, penerangan, dan pimpinan. Pada tahun 1935, bersama-sama dengan Budi Utomo yang lebih dahulu membubarkan diri PBI menjelma menjadi Partai Indonesia Raya (parindra) dengan dr. Sutomo sebagai ketuanya.