Indische Woonhuizen

Posted April 18, 2018
Written by

Salah satu bentuk bangunan dan tipe rumah baru yang ada di Hindia Belanda. Muncul pada awal abad ke-19. Indische Woonhuizen dibangun dalam gaya yang lazim disebut klasisisme tropis, yang ketajaman unsur-unsur klasiknya telah agak luntur. Baik iklim maupun penggunaan material lokal yang tersedia, melunakkan ciri khas klasisisme Eropa. Rumah tipe ini mungkin tidak berseni tinggi dipandang dari ukuran klasik di Eropa, namun sangat cocok untuk iklim yang panas dan lembab. Tipe rumah dengan beranda luas di muka yang dilindungi terhadap sinar matahari oleh atap seng tambahan yang didukung tiang-tiang besi yang tipis. Lantai rumah ini agak tinggi, hal yang jarang di Jakarta. Kanan dan kiri tampaklah bijge-bouwe.

Indische Woonhuizen jauh lebih sesuai dengan kebutuhan tropis daripada rumah-rumah dalam kota dan rumah peristirahatan dalam 'Gaya Belanda Tertutup'. Di depan dan di belakang terdapat serambi luas yang dihubungkan dengan koridor (binnengalerij). Dari koridor itu orang dapat masuk ke empat atau enam kamar yang terletak di sebelah kanan dan kiri, yang terkadang berpintu langsung ke serambi, belakang atau muka juga. Luas dan panjangnya serambi, jumlah, tinggi, dan kokohnya tiang serta luas halaman di muka rumah menunjukkan status pemiliknya. Rumah-rumah ini dibangun oleh insinyur dari korps seni, yang kurang terdidik dan tidak memikirkan keindahan serta cita-cita seni bangunan. Maka, kebanyakan rumah ini kurang mewujudkan suatu kekhususan, namun demikian sangat praktis, sejuk, dan cocok untuk iklim tropis. Para insinyur mengambil pola dari buku-buku standar atau meniru rumah yang sudah ada, yang pada masa ini mengikuti gaya klasisisme. Rumah seperti ini agak mudah dibangun, dan dapat disesuaikan dengan aneka kebutuhan.

Serambi muka digunakan sebagai ruang penerimaan tamu dan resepsi, sedangkan serambi belakang adalah ruang keluarga. Dari situ kamar-kamar dalam bangunan samping dapat diawasi dan didatangi dengan mudah. Serambi beratap melindungi orang terhadap matahari dan hujan. Di belakang rumah, di sebelah kanan dan kiri kebun terdapat bangunan tambahan untuk memenuhi keperluan seperti kamar mandi dan wc, ruang tamu, tempat tinggal pembantu, dapur dan gudang, ditambah kandang kuda dan 'garasi' kereta kuda.

Atap rumah induk kadang mengikuti gaya pendopo Jawa yang tinggi, kadang berupa trapesium. Atap yang kurang tinggi kadang-kadang tak kelihatan akibat frieze, semacam lisplank hiasan dari batu yang memanjang serta agak lebar. Kalau kurang memperhatikan arah timur dan barat, serambi terbuka memungkinkan panas sinar matahari dapat masuk. Maka, serambi ini dilindungi terhadap terik panas matahari dengan kere (tirai) di antara deretan tiang. Di kemudian hari bahkan atap seng gelombang, yang disangga tiang-tiang besi tipis, dipasang di depan serambi sehingga merusak pemandangan (misalnya pada Museum Tekstil).

Tipe rumah ini dikembangkan untuk para bujangan yang mendirikan keluarga di Indonesia setelah berhasil menjadi orang berada. Mereka sering memperistri wanita indo atau pribumi, yang lebih suka gaya tropis seperti yang terdapat pada rumah lama. Beberapa contoh tipe rumah gaya Indische Woonhuizen yang masih terdapat di Jakarta antara lain, di Jl Menteng Raya, Pegangsaan, Cikini dan terutama di Medan Merdeka Selatan misalnya Rumah dinas Wakil Presiden RI; Balai Kota DKI Jakarta; dan Kantor Bibliotek Nasional (1850), yakni bekas Indische Woonhuizen, tipe rumah di Hindia Belanda awal abad ke-19 Koninklijke Natuurkundige Vereeniging. Sejak tahun 50-an, sebagian besar serambi ditutup dinding batu untuk memperbanyak kamar. Aneka bangunan yang ditambah di samping, bahkan di muka tersebut ternyata mengaburkan gaya Indisch Woonhuis.