Abdul Halim Perdanakusuma

Posted April 18, 2018
Written by

Lahir di Sampang, Madura, 18 Nopember 1922. Setelah menamatkan MULO (setingkat sekolah Lanjutan Pertama), atas kemauan orang tua, ia memasuki Sekolah Pamongpraja di Magelang, tetapi hanya sampai tingkat II.

Waktu pecah Perang Dunia II, Pemerintah Hindia Belanda mengumumkan milisi, Abdul Halim memasuki Sekolah Angkatan Laut di Surabaya. Pada masa pendudukan Jepang, ia dibawa Belanda ke Inggris mengikuti pendidikan pada Royal Canadian Air Force bagian navigator. Dalam Perang Dunia II ia pernah turut dalam operasi-operasi udara Sekutu di Eropa. Setelah Indonesia merdeka, ia kembali ke tanah air dan menyumbangkan tenaga untuk perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan memasuki TKR Jawatan Penerbangan yang kemudian berkembang menjadi Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI). Abdul Halim termasuk salah seorang pembina AURI.

Tahun 1947 Abdul Halim bertugas di Sumatera bersama Iswahyudi untuk membina Angkatan Udara di sana. Pada waktu itu organisasi AURI di Sumatera dapat dikatakan belum lagi berdiri. Beberapa lapangan udara sudah dapat dibuka, tetapi hubungan antara lapangan yang satu dengan yang lain tidak ada. Masing-masing berdiri sendiri dan berada di bawah kekuasaan divisi-divisi Angkatan Darat. Untuk keperluan membina organisasi AURI, Abdul Halim dan lswahyudi diangkat sebagai wakil-wakil AURI dalam Komandemen Tentara Sumatera. Selain itu, ia diangkat pula sebagai Wakil II Kepala Staf Angkatan Udara. Abdul halim berusaha membuka hubungan dengan luar negeri untuk mencari senjata dan bantuan lain yang perlu bagi perjuangan. Pekerjaan itu cukup berbahaya sebab harus menembus blokade udara Belanda.

Desember 1947, bersama Opsir Udara I Iswahyudi, Marsekal Pertama Abdul Halim Perdanakusuma pergi ke Bangkok menjalankan tugas negara. Dalam perjalanan pulang ke tanah air pada tanggal 14 Desember 1947, pesawatnya mengalami kecelakaan di Tanjung Hantu. Jenazahnya dimakamkan di Lumur Malaisya. Pada tahun 1975 makamnya dipindahkan ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta. Berdasarkan SK Presiden RI No. 063/TK/Tahun 1975, tanggal 9 Agustus 1975, ia diangkat sebagai Pahlawan Nasional, dengan pangkat Marsda TNI Anumerta. Diabadikan sebagai nama bandara udara militer milik Angkatan Udara di Jakarta Timur.