Sudah Tahukah Perbedaan Antara Nasi Uduk dan Nasi Ulam?

Bagi sebagian kalangan masyarakat sudah familiar dengan nasi uduk, kuliner khas Betawi. Namun tak banyak yang tahu bahwa di Betawi ada jenis kuliner yang hampir serupa tapi tak sama yakni Nasi Ulam. Terkadang masyarakat sering tertukar atau tidak mengenali nasi ulam dan menyangkanya sebagai nasi uduk.
 
Lalu apa perbedaanya?
 
Seperti kita ketahui, nasi uduk merupakan olahan khas Betawi berupa nasi yang dimasak dengan santan sehingga menghasilkan rasa gurih ketika dimakannya. Selain itu, ada beberapa lauk pelengkap untuk nasi uduk, misal ayam goreng,  perkedel, semur yang terdiri jengkol, kentang, telur pindang, dan juga bihun. Nasi Uduk biasanya juga dilengkapi dengan gorengan, baik itu bakwan, tahu isi dan tempe goreng yang renyah.
 
Untuk paket lengkapnya, lauk nasi uduk juga terdapat telur dadar yang dipotong-potong memanjang, dan juga sambal kacang. Di beberapa daerah nasi uduk berwarna kuning atau disebut juga sebagai nasi kuning. Bahkan untuk acara-acara tertentu seperti ulang tahun atau selamatan, nasi uduk atau nasi kuning dibuat menjadi nasi tumpeng, (nasi yang dibentuk seperti kerucut)
 
Sejarah Nama Nasi Uduk
Ahli kuliner Betawi, Pudentia dikutip dari kompas.com, memberikan penjelasan seputar asal usul nasi uduk yang berasal dari masyarakat bangsa Melayu melakukan perpindahan dari Malaka ke Batavia yang mana juga membawa masakan khasnya yakni nasi lemak. Kemudian di Batavia, orang Melayu bertemu dengan orang Jawa yang mana sudah biasa menyantap nasi gurih. Pudentia menjelaskan,
 
“Kebudayaan Jawa masuk juga. Tahun 1628-1629 masuk kerajaan Mataram menyerang VOC. Jadi, di Betawi ada orang Melayu dan orang Jawa. Lalu dia menghasilkan nasi uduk,” jelasnya.
 
Ditambahkan juga oleh Pudentia, percampuran nasi lemak dan nasi gurih sudah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Saat ini, nasi uduk sudah melekat erat dengan tradisi budaya Betawi yang tidak hanya disuguhkan untuk menu makan sehari-hari. Namun juga, menu sajian spesial di acara penting.
 
Sementara Nasi Ulam, memang tak sepopuler Nasi Uduk. Bahkan, di bebera warung atau restoran di Jakarta sangat sedikit yang menjual Nasi Ulam.
 
Nasi Ulam adalah hidangan nasi yang dicampur dengan berbagai bumbu dan rempah, khususnya daun kemangi. Disajikan bersama sayuran, berbagai bumbu, juga disertai dengan berbagai macam lauk pauk. Nasi ulam merupakan perpaduan kuliner dari beberapa budaya.
 
Nasi ulam mengunggulkan citarasa gurih yang berasal dari racikan semacam serundeng dari kelapa parut yang disebut ulam oleh masyarakat Betawi. Saat diaduk oleh nasi putih panas, citarasa gurih dan agak pedas ulam akan larut dan membaur. Penggunaan ebi, seperti pada beberapa kuliner Betawi lain, menjadi salah satu ciri pengaruh bahan kuliner China.
 
Ada yang bilang, nasi ulam adalah salah satu sajian Betawi Peranakan Cina. Ada dua jenis nasi ulam, basah dan kering. Nasi ulam basah disajikan dengan disiram kuah semur tahu kentang. Ada pengaruh Eropa dalam sajian ini. Lauk wajibnya bihun goreng, telur dadar, cumi asin goreng, serta taburan kacang tanah dan daun kemangi.
 
Nasi ulam yang kering hanya terdiri atas nasi, ulam, mentimun, kemangi, sambal kacang, dan emping goreng. Namun rasanya tetap gurih. Ada nasi ulam kering yang disajikan dengan tambahan taburan kacang hijau mentah yang direndam semalaman sebagai ulam. Lauk tambahannya bisa telur balado, semur, empal goreng, dendeng, perkedel, tempe goreng, bahkan pesmol ikan kembung.
 
Nasi ulam umumnya disajikan untuk sarapan pagi yang padat gizi karena praktis dan lauknya yang beragam. Masyarakat Betawi biasa membuat ulam dalam porsi banyak untuk disimpan dan disantap sewaktu-waktu. Di Daerah Kampung Melayu dan sekitar Jakarta Timur Nasi Ulam biasa disajikan dalam acara hajatan.


QUOTES

“Manusia tanpa cita-cita adalah mati. Cita-cita tanpa kerja adalah mimpi. Idaman yang menjadi andalan adalah kebahagiaan.”
- Ali Sadikin -
Gubernur DKI Jakarta 1966 - 1977
“Emang rejeki kagak kemane, tapi kalo lo gak kemane-mane mana mau dapet rejeki.”
- H. Benyamin Sueb -
Seniman Betawi