Berita

Alat Tenun Bukan Mesin

ATBM.jpeg

Kain tenun tradisional adalah kain yang dibuat dengan cara menyilangkan/menganyam benang lusi (ke arah panjang kain) dan benang pakan (ke arah lebar kain) yang dibuat mengunnakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Terdapat beberapa alat tenun yang tergolong ATBM di Indonesia antara lain alat tenun gendhong dan alat tenun bendho atau bodhing.

Alat tenun gendhong. Alat ini kemungkinan sudah ada sejak zaman prasejarah, sejak awal timbulnya kebudayaan sampai kira-kira abad kelima Masehi (Yudoseputro, 2008:3). Untuk memenuhi kebutuhan hidup pada masa itu kaum laki-laki berburu binatang, sedangkan kaum perempuan menenun untuk membuat kain sebagai pelindung tubuh dari segala cuaca. Bentuk alat tenun disesuaikan dengan ukuran badan perempuan, sehingga lebar kain yang dihasilkan berukuran sekitar 10 - 90 cm.  Sampai saat ini alat tenun dapat ditemukan hampir di seluruh pulau di Indonesia, terutama bagian tengah dan Timur. Di daerah tertentu alat tenun ini juga disebut gedog, karena ketika digunakan berbunyi dog…dog…dog. Alat tenun ini digerakkan dengan tangan. Penenun bekerja sambil duduk dengan kaki selonjor ke depan, guna menahan ketika benang-benang ditarik pada proses menenun, agar motif terlihat rapih.

Alat tenun bendho atau bodhing, banyak ditemukan di daerah Yogyakarta dan Solo. Dalam menggunakan alat ini penenun bekerja sambil berdiri. Hasilnya berupa kain tenun yang sangat rapat dan kuat dengan ukuran lebar sekitar 10-15 cm dan panjang 4 – 8 m. Tenunan ini dipakai sebagai stagen (ikat pinggang untuk perempuan) agar pinggang tetap ramping. Selain itu kain juga dipakai sebagai pelengkap busana menari, agar badan tetap tegak dan proporsional.

Alat tenun bukan mesin (ATBM), merupakan perkembangan teknis dari alat tenun gendong, yaitu penambahan pijakan kaki. Gunanya untuk mengangkat rangkaian benang lungsi dan pakan secara bergantian. Penenun, biasanya kaum laki-laki, bekerja dengan duduk di bangku. Kain yang dihasilkan lebih halus, lebar dan murah karena dibuat lebih efisien dan cepat. Kain tenun yang dihasilkan umumnya berukuran lebih lebar, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perlengkapan rumah tangga, seperti kain sprei, tirai, taplak meja, dan sebagainya. 

Sumber Rujukan:
Hasil Kajian Koleksi Pameran Tetap Museum Tekstil, 2021.