Berita

Museum Masa Depan: Membangun Program Publik, Fasilitas, dan Media Sosial Berbasis Kajian Pengunjung

 

Museum Tekstil, yang telah berdiri selama 47 tahun, saat ini sedang menjalani proses transformasi guna meningkatkan relevansinya di era kontemporer. Komitmen ini tercermin dalam visi museum untuk menjadi pusat pelestarian wastra Indonesia dan destinasi wisata seni dan budaya bertaraf internasional. Upaya ini melibatkan serangkaian langkah strategis yang mencakup peningkatan sumber daya manusia, penyediaan layanan dan edukasi kepada masyarakat, serta pengembangan kerja sama yang bertujuan untuk memberdayakan aset dan warisan budaya.

Selama periode 2-3 bulan terakhir, Museum Tekstil telah mengimplementasikan berbagai program yang mencakup pameran, seminar, dan lokakarya, dengan tujuan mengintegrasikan museum ke dalam berbagai lapisan masyarakat. Pendekatan ini dilakukan sejalan dengan paradigma kontemporer di dunia museum, di mana peran institusi semacam itu telah bertransformasi dari fokus pada koleksi dan konservasi menjadi lebih berorientasi pada pengunjung. Seperti yang dijelaskan oleh Weil (2000) dan Hooper-Greenhill (2006), tren ini mengharuskan museum untuk mengadopsi pendekatan yang lebih inklusif dan interaktif dalam merencanakan kegiatan dan pameran mereka.

Sebagai bagian dari upaya ini, Museum Tekstil melakukan studi pengunjung antara bulan September dan November 2023. Studi ini dilakukan melalui survei anonim yang diisi oleh pengunjung museum serta peserta program publik, dengan menggunakan aplikasi Google Form. Hasil survei ini dijadwalkan untuk dipresentasikan dalam seminar "Museum Masa Depan: Membangun Program Publik, Fasilitas, dan Media Sosial Berbasis Kajian Pengunjung," yang akan diadakan pada 12 Desember 2023. Hasil kajian ini diharapkan akan memberikan wawasan yang berguna bagi Museum Tekstil dalam melakukan inovasi dan pembaruan. Pendekatan ini konsisten dengan pandangan Black (2005) tentang pentingnya adaptasi museum terhadap perubahan sosial budaya dan kebutuhan akan metode baru dalam pembelajaran dan rekreasi.

Data Penelitian

Data dari kajian pengunjung Museum Tekstil Jakarta menunjukkan profil mayoritas pengunjung adalah pelajar dengan usia 12-25 tahun, diikuti oleh segmen 26-40 tahun. Pengunjung datang baik untuk keperluan edukasi maupun rekreasi. Sebanyak 37,8% pengunjung menyatakan kepuasan, sedangkan 35,5% memberi kritik, terutama pada fasilitas dan pameran. Kritik tersebut mencakup masalah pendingin udara, pencahayaan, serta kebutuhan akan informasi lebih mendalam dan fasilitas yang ramah bagi penyandang disabilitas. Dari sisi media sosial, respons cepat dan konsisten di platform Instagram meningkatkan keterlibatan pengunjung. Penggunaan video dan konten interaktif efektif dalam menarik partisipasi. Seminar dan workshop juga dinilai, dengan rekomendasi untuk membuat tema lebih inklusif dan memperbaiki fasilitas bagi penyandang disabilitas. Kesimpulannya, ada kebutuhan untuk meningkatkan beberapa aspek, termasuk fasilitas, konten edukatif, dan keterlibatan media sosial untuk memenuhi kebutuhan berbagai segmen pengunjung.

Hasil Analisa

1. Pengunjung Harian

Profil Pengunjung: Analisis data dari Google Form dan interview mengungkapkan bahwa mayoritas pengunjung Museum Tekstil terdiri dari dua segmen usia utama. Segmen pertama, yaitu kelompok usia muda (12-25 tahun), mendominasi jumlah kunjungan. Segmen kedua (26-40 tahun) juga mencatat kunjungan yang signifikan. Hal ini menunjukkan daya tarik kuat museum bagi remaja dan dewasa muda, dengan proporsi terbesar pengunjung adalah pelajar yang banyak datang untuk tujuan edukatif. Museum ini diakui sebagai pusat pembelajaran yang efektif dan menarik, tidak hanya untuk kegiatan akademis tetapi juga sebagai destinasi rekreasi. Respon Pengunjung: Secara umum, 37,8% pengunjung merasa puas dengan pengalaman mereka di museum. Namun, terdapat kritik dan saran dari 35,5% pengunjung, terbagi menjadi kritik terhadap fasilitas (19,5%), program publik (5,7%), dan pameran (35,5%). Isu utama terkait fasilitas adalah tentang pendingin udara dan pencahayaan, serta kebutuhan informasi yang lebih mendalam tentang koleksi pameran, terutama untuk pengunjung internasional. Terdapat juga kebutuhan akan fasilitas yang lebih inklusif untuk penyandang disabilitas dan peningkatan tempat istirahat dan ruang publik.

2. Seminar

Hasil evaluasi dari "Seminar Sejarah dan Perkembangan Kulit Kayu" menunjukkan perlunya tema seminar yang lebih terbuka dan inklusif untuk menarik partisipasi yang lebih luas, termasuk dari kalangan siswa sekolah. Hal ini akan membantu meningkatkan daya tarik acara seminar bagi berbagai lapisan masyarakat.

3. Workshop

Dua workshop khusus untuk penyandang disabilitas mendapat respons positif, menunjukkan apresiasi terhadap konten yang disampaikan. Namun, terdapat catatan tentang perbaikan fasilitas yang lebih inklusif, terutama dalam aksesibilitas fisik di museum.

4. Media Sosial

Analisis strategi media sosial menunjukkan bahwa respon cepat dan konsisten di Instagram meningkatkan interaksi dan keterlibatan pengguna. Penggunaan video interaktif dan konten interaktif berhadiah dengan instruksi yang jelas meningkatkan partisipasi pengunjung. Pentingnya konten yang informatif dan jelas, serta variabilitas pendekatan visual konten secara berkala, ditekankan. Kualitas video yang baik juga penting untuk memperkuat citra positif museum.

Kesimpulan

Kesimpulan dari Laporan Kajian Pengunjung Museum Tekstil Jakarta menyoroti pentingnya analisis demografis dan tingkat kepuasan pengunjung dalam membentuk keputusan strategis untuk peningkatan pengalaman museum. Penelitian ini mengungkapkan bahwa mayoritas pengunjung adalah pelajar berusia 12-25 tahun, memicu kebutuhan peningkatan kualitas pengalaman melalui aktivitas edukatif yang menarik. Fasilitas yang perlu ditingkatkan mencakup sistem pendingin ruangan, pencahayaan optimal, tempat istirahat yang nyaman, informasi yang lebih komprehensif, dan aksesibilitas bagi penyandang disabilitas. Pengembangan program publik harus didasarkan pada preferensi pengunjung, dengan variasi program untuk menjangkau segmen yang belum terlayani, seperti wisatawan umum. Di sisi media sosial, interaktivitas platform dapat ditingkatkan melalui respons yang cepat dan konsisten serta penggunaan konten IG story yang menarik, bersama dengan pembaruan visual berkala untuk mempertahankan dan memperluas jangkauan audiens