Berita

Koffo

Koffo1.jpg

Tenun Koffo/ Hote dibuat dari serat abaca atau manila hemp, yaitu sejenis pohon pisang-pisangan, dalam bahasa Sangihe disebut koffo atau hote. Kain ini dibuat dengan teknik tenun datar dan pakan tambahan untuk membuat motif. Pembuatan kain ini dilakukan secara manual dengan alat tenun gedhog. Tata warnanya cokelat, ungu, dan biru dari pewarna alami di lingkungan setempat. Setiap warna alami yang digunakan dalam sarana upacara keagamaan suku Sangihe memiliki makna tertentu. Kuning yang berasal dari kunyit dan dedaunan hijau melambangkan kesucian dan keagungan. Ungu yang berasal dari mengkudu dan bakau melambangkan kesetiaan. Merah yang berasal dari umbi kunyit melambangkan keberanian. Hijau yang berasal dari daun kunyit melambangkan ketenangan dan kesabaran.

Kain koffo berfungsi sebagai tirai pembatas ruangan pada rumah tradisional di daerah Sangihe Talaud. Pada mulanya, tenun ini dibuat sebagai sandang untuk kebutuhan sehari-hari, sebagai sarana kegiatan keagamaan, dan sebagai material kain untuk diperjualbelikan.

Serat abaca sebagai bahan koffo memiliki sifat fisik kuat, tidak mudah putus, tekstur mengkilap, tahan gesek dan kelembaban tinggi. Selain sebagai kain, serat ini juga dipakai untuk bahan baku kertas dan pembungkus kabel, sehingga memiliki nilai dan fungsi  ekonomi yang tinggi.

Ragam hias pada tenun koffo terinspirasi dari lingkungan alam setempat, dan memiliki makna tertentu. Isin kemboleng artinya gigi hiu, melambangkan kekuatan; kui artinya alat pemintal tali ijuk pohon enau; nalangu anging artinya empat penjuru mata angin; niabe nalangu anging artinya bintang tujuh bervariasi; dalombo, artinya jala ikan, dan sebagainya.

Selama proses pembuatan tenun koffo penenun harus menjalani beberapa ritual. Antara lain melantunkan lagu dan irama sasambo (alat perkusi untuk mengatur tempo dan memberikan nuansa pada lagu sasambo, lagu rakyat suku Sangihe) yang saling berbalasan. Lagu dan irama sasambo ini mengandung makna selalu mengajak orang untuk bekerja, rukun, dan saling membantu.  Peralatan untuk menenun juga dianggap sakral dan memiliki nama seperti; perajin tenun koffo disebut mengangahiuang; proses menenun disebut mengahiuang; alat tenun disebut kahiuang; dan kainnya disebut kahiwu atau koffo.

Kain tenun koffo berfungsi sebagai media ritual keagamaan dalam pewarisan budaya yang terkait dengan nilai kehidupan sehari-hari. Warisan ini masih berlanjut hingga kini dengan adanya peralihan fungsi yang disesuaikan dengan  kebutuhan saat ini.