MUSEUM PRASASTI


Jakarta, Indonesia




SEJARAH MUSEUM PRASASTI
 

Kota Batavia yang semula hanya berbentuk kastil dan kemudian berkembang menjadi kota yang dibatasi tembok-tembok pertahanan. Namun tembok-tembok tersebut pada akhirnya tidak dapat menahan perkembangan kota yang semakin meluas keluar tembok karena semakin banyaknya pedagang atau pelaut yang singgah di kota ini. Kota ini dilengkapi dengan fasilitas rumah sakit, sekolah, gereja, dan fasilitas lainnya, tercatat didalam kastil Batavia terdapat Gereja de Nieuwe Hollandsche Kerk.

Pada masa itu halaman gereja juga berfungsi sebagai makam. Ketika kondisi Batavia semakin padat dan menyebabkan atmosfer yang tidak sehat bagi warga kota dan mudah terserang wabah penyakit Malaria, Diare dan penyakit epidemik lainnya yang menewaskan banyak orang, akibatnya halaman gereja tidak cukup lagi sebagai pemakaman. Pemerintah kota Batavia memutuskan mencari lahan baru diluar kota.

W.V. Halventinus, putra Gubernur Jenderal ke-29 VOC, Jeremias van Riemsdijk (1775-1777) yang dimakamkan di Nieuwe Hollandsche Kerk (kelak nisan nya dipindahkan ke Kerkhof Kebon Jahe Kober), menghibahkan tanah mereka di Kebon Jahe, Tanah Abang seluas 5,5 hektar ke pemerintah kota Batavia dijadikan lahan pemakaman baru. Lokasi yang cukup jauh dari tembok kota Batavia, namun cukup strategis dekat dengan sungai Krukut. Lahan pemakaman ini disebut Kerkhoflaan atau atau sering disebut Kebon Jahe Kober yang resmi digunakan pada tanggal 28 September 1795. Kebon Jahe Kober berkembang menjadi satu pemakaman yang Prestisius dimana banyak orang - orang terkenal yang dimakamkan  disini, pejabat penting, pelaku sejarah hingga selebritis dimasanya seperti: Olivia Mariamne Raffles (1814), Dr. HF Roll (1867-1935), Dr. J.L.A Brandes (1857-1905), W...

Selengkapnya  

Berita Dan Artikel Terkini


Agenda Kegiatan


Jelajah


Tiket Dan Informasi


Peta Lokasi