Adat Istiadat

Silat Beksi Betawi

Silat Beksi adalah seni bela diri khas Betawi yang masih dilestarikan hingga kini. Salah satunya Yayasan Kampung Silat Petukangan (YKSP) di Ciledug Raya No. 46, Petukangan Utara, Jakarta Selatan.

Bela diri ini menggabungkan unsur kekuatan, kecepatan, ketepatan, keindahan dan seni dalam melumpuhkan lawan. Teknik atau jurus dalam Pencak Silat Beksi, lebih banyak menggunakan pukulan jarak dekat.

Istilah Beksi sendiri memiliki makna kuda-kuda. Kata aslinya berasal dari bahasa Hokkien yaitu "Bhe Si" dan diperkenalkan oleh seorang keturunan Tionghoa yang sudah lama menetap di Indonesia yang bernama Lie Tjeng Ok Bin Lie Ah Tjin.

Pencak silat ini Beksi pertama kali muncul pada pertengahan abad ke-18 atau sekitar tahun 1850 dan berkembang di Kampung Dadap, Kosambi, Tangerang. Dalam perkembangannya aliran silat ini menyebar ke daerah Petukangan Selatan, Jakarta Selatan, dan daerah Batujaya, Batuceper, Tangerang.

Dalam masyarakat Betawi, seorang anak laki-laki harus menguasai dua hal, yaitu ngaji dan silat. Ada ungkapan, anak Betawi "kudu bisa silat dan salat". Artinya, seorang laki-laki Betawi harus menguasai ilmu agama dan bela diri.

Silat Beksi kini menjadi bagian dari seni dan budaya masyarakat Betawi, seperti halnya lenong, komedi Betawi, teater topeng, dan lainnya.

Sumber: diolah dari berbagai sumber.

DINAS KEBUDAYAAN PROVINSI DKI JAKARTA
Jalan Gatot Subroto Kav. 40-41 Lt. 11 dan 12
Kelurahan Kuningan Timur, Kecamatan Setiabudi
Jakarta Selatan
DKI Jakarta, 12950
(021) 252-3164
dinaskebudayaan@jakarta.go.id